WAHANANEWS.CO, Jakarta - Industri mobil listrik di Indonesia memang tengah melaju kencang. Namun di balik euforia kendaraan ramah lingkungan ini, ada satu sisi yang belum siap menyusul: pasar mobil listrik bekas.
Meski penjualan unit baru terus meningkat, pedagang mobil seken masih enggan menyentuh segmen ini. Alasan utamanya: harga tidak stabil dan risiko kerugian yang tinggi.
Baca Juga:
Polri: Pelaku ODOL Bisa Dipidana, Tak Hanya Sopir
Andi, pemilik showroom Jordy Motor di Mega Glodok Kemayoran (MGK), terang-terangan menolak menjual mobil listrik bekas.
“Saya tidak (menjual mobil listrik bekas). Karena harganya tidak stabil, pegang agak lama sedikit pasti rugi,” ujarnya, mengutip Kompas.com, Senin (9/6/2025).
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menyebut kondisi ini mencerminkan bahwa pasar mobil listrik bekas masih belum matang.
Baca Juga:
Dorong Pemanfaatan Bus Sekolah, Pemkot Depok Larang Pelajar Bawa Kendaraan Bermotor
“Mencerminkan ketidakpastian struktural pasar mobil bekas yang masih dalam tahap awal, sehingga belum terbentuk pola normalnya,” katanya.
Dari sisi konsumen, keraguan terbesar muncul karena kekhawatiran terhadap kualitas dan umur baterai. Yannes menjelaskan bahwa usia pakai baterai yang hanya 5–7 tahun, harga penggantian yang bisa mencapai 30–45 persen dari harga mobil barunya, serta sulitnya menilai kondisi baterai, menjadi momok utama.
"Faktor utama yang dipahami pasar mobil bekas adalah ketakutan terhadap kondisi baterai, harga penggantian baterai yang sangat mahal, sudah habisnya garansi pabrik, dan sulit dinilai kualitas baterainya oleh pembeli," ujar Yannes.