Namun, kenaikan harga minyak dapat terbatas di tengah kebijakan kenaikan suku bunga agresif dari beberapa bank sentral yang dapat memicu resesi dan melambatkan permintaan bahan bakar.
“Selain itu pasar juga mencemaskan penyebaran virus Covid-19 di China, importir minyak utama dunia dengan kabar terbaru menunjukkan kota Chengdu pada Kamis memperpanjang kebijakan lockdown mereka untuk sebagian besar dari lebih dari 21 juta penduduknya, sementara jutaan warga di wilayah bagian lainnya di Tiongkok di desak untuk tidak berpergian selama liburan mendatang,” jelasnya.
Baca Juga:
Harga Minyak Dunia di Tengah Sengitnya Perang Israel-Hamas
MIFX memperkirakan, minyak berpeluang dibeli selama bergerak di atas level support US$ 84, karena berpotensi bergerak naik membidik resistance terdekat di US$ 86 per barel.
“Namun, jika bergerak turun hingga menembus ke bawah level US$ 84, minyak berpeluang dijual karena berpotensi turun lebih lanjut menguji support selanjutnya di US$ 82,80,” paparnya. [gun]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.