WahanaNews.co | PT Angkasa Pura I sedang terlilit mengalami tekanan kinerja operasional dan finansial akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga kini. Kondisi itu menjadi salah satu penyebab membengkaknya utang hingga Rp 35 triliun dan diprediksi bertambah jika tidak segera ditangani.
"Manajemen tengah berupaya keras untuk menangani situasi sulit ini," ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi dalam keterangan resmi, Jakarta, ditulis Selasa (7/12).
Baca Juga:
Gawat! Banyak Anak Muda Terlilit Utang PayLater, OJK Serukan Edukasi Keuangan
Fahmi menjabarkan sejumlah penyebab yang membuat beban perseroan terus membengkak. Pandemi Covid-19 yang mulai terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara Angkasa Pura I.
Sebagai gambaran, pada 2019, trafik penumpang di bandara Angkasa Pura I mencapai 81,5 juta penumpang. Namun ketika pandemi Covid-19 melanda pada awal 2020, trafik penumpang turun menjadi 32,7 juta penumpang dan pada 2021 ini diprediksi hanya mencapai 25 juta penumpang.
Pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura I tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi lack of capacity, seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp 12 triliun.
Baca Juga:
OJK Bongkar Utang Jumbo Sritex: Ada Rp 14,64 Triliun yang Menanti Pembayaran
Kemudian, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp 2,3 triliun, Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp 2,03 triliun.
Lalu Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp 2,6 triliun, dan beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, Bandara El Tari Kupang.
Adapun proyek tersebut dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi. Hal ini juga dimaksudkan untuk menjaga konektivitas udara tanah air tetap terbuka, serta mempercantik gerbang udara daerah lebih menarik.
Kondisi keuangan dan operasional perusahaan mengalami tekanan cukup besar. Pendapatan 2019 yang mencapai Rp 8,6 triliun anjlok di 2020, di mana perusahaan hanya meraih pendapatan Rp 3,9 triliun.
Penurunan diprediksi masih akan terjadi pada 2021 akibat anjloknya jumlah penumpang yang hanya mencapai 25 juta orang. Dengan situasi trafik yang menurun dan adanya tekanan keuangan, Angkasa Pura I harus dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara.
"Seperti diketahui, sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19 di mana pandemi ini masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir," kata Fahmi. [dhn]