“Berita ini sangat mengerikan. Kekerasan melawan penduduk sipil yang tak bersalah termasuk pekerja bantuan tak bisa ditoleransi, dan serangan ini merupakan pelanggaran bagi hukum kemanusiaan internasiolan,” ujar Ketua Eksekutif Save The Children, Inger Ashing.
“Ini bukan peristiwa yang terisolasi. Rakyat Myanmar terus menjadi sasaran dengan meningkatnya kekerasa, dan peristiwa ini menuntut tanggapan segera,” tambahnya.
Baca Juga:
Catatan Sejarah Rohingya, Kenapa Dibenci Myanmar?
Save The Children pun meminta Dewan Keamanan PBB untuk merespons kekerasan tersebut dengan berbagai langkah, termasuk embargo senjata.
Insiden pembantaian itu terjadi setelah terjadinya pertempuran antara militer Myanmar dan kelompok milisi lokal di dekat Desa Mo So, Kota Hpruso, Negara Bagian Kayah.
Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) Karen mengungkapkan mereka menemukan jasad yang hangus terbakar itu, Sabtu (25/12/2021).
Baca Juga:
Seorang WNI Asal Sumatera Berhasil Diselamatkan dari Wilayah Konflik di Myanmar
Menurut warga desa yang tak mau disebutkan namanya mengungkapkan, korban adalah orang-orang yang lari dari pertempuran itu dan bukan bagian dari milisi.
Junta militer Myanmar sendiri tak berkomentar terkait tuduhan tersebut.
Namun media pro-junta mengatakan pertempuran terjadi di dekat Desa Mo So pada Jumat, ketika anggota pasukan gerilya mengendarai kendaraan mencurigakan dan menyerang pasukan pemerintah setelah menolak berhenti.