WahanaNews.co | Ribuan warga Jalur Gaza pada Jumat waktu setempat mengikuti prosesi pemakaman massal usai 21 anggota keluarga tewas dalam sebuah kebakaran dahsyat di rumah mereka di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara.
Di tengah keterkejutan dan kesedihan, para pelayat membawa jenazah para korban, yang ditutupi dengan bendera Palestina, dan meneriakkan slogan-slogan menentang kesulitan dan penderitaan yang telah dialami oleh orang-orang di Jalur Gaza yang terkepung selama lebih dari satu setengah dekade.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Mengibarkan bendera Palestina dan foto para korban, para pelayat menguburkan para korban di kuburan yang berdekatan di pemakaman Beit Lahia seperti dilansir dari The New Arab, Sabtu (19/11/2022).
Pada Kamis malam, dewan lokal yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan bahwa 21 anggota keluarga Abu Raya, termasuk dua belas anak-anak, tewas dalam kebakaran yang meletus di lantai tiga gedung tiga lantai mereka.
Dalam pernyataan pers yang dikirim ke The New Arab, Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas mengatakan kebakaran itu disebabkan oleh bensin yang disimpan di dalam gedung.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Tidak segera jelas bagaimana bensin itu menyala, tetapi dinas Pertahanan Sipil mengatakan penyelidikan sedang berlangsung.
Salah Abu Laila, direktur rumah sakit Indonesia di kota Beit Lahia, mengatakan kepada The New Arab bahwa tim medis memindahkan 21 mayat yang hangus ke rumah sakit.
“Tidak ada satu pun dari keluarga yang selamat dari kecelakaan yang memilukan itu,” ia menambahkan.
Duka juga menyelimuti kota-kota Palestina dengan toko-toko dan bisnis tutup. Bendera dikibarkan setengah tiang, dan masjid-masjid menyiarkan ayat-ayat Al-Quran mulai pagi hari.
Bencana keluarga Abu Raya adalah salah satu insiden paling mematikan di wilayah yang terkepung sejak 2020 ketika kebakaran terjadi di pasar pusat kamp pengungsi Al-Nusseirat.
Kebakaran itu menewaskan sedikitnya 50 orang, termasuk wanita dan anak-anak, serta puluhan lainnya terluka. Selain itu, puluhan toko, kios komersial, dan mobil rusak. Kerugian ditaksir mencapai USD4 juta.
Pihak berwenang pada saat itu mengatakan bahwa api dipicu oleh kebocoran dari tabung gas yang disimpan dalam jumlah besar di sebuah toko roti.
“Tampaknya insiden itu serupa, tetapi kenyataannya mengatakan bahwa mereka benar-benar berbeda,” Abu Ahmed Abu Raya, kepala keluarga Abu Raya mengatakan kepada The New Arab.
Ia menambahkan bahwa alasan bencana kebakaran yang menimpa keluarganya masih belum diketahui
"Tidak ada keluarga sepupu saya yang selamat untuk memberi tahu kami apa yang terjadi pada mereka. Kami percaya kepada Tuhan dan akan bersabar dengan bencana kami," ujarnya.
Insiden itu memecah belah penduduk setempat, dengan beberapa menyalahkan blokade Israel, dan yang lain mengatakan Hamas memikul tanggung jawab karena diduga mengizinkan para pejabat untuk menimbun bensin dan bahan bakar di gedung-gedung tempat tinggal.
Mohammed Ahmed, seorang saksi mata lokal, mengatakan kepada The New Arab bahwa dia bergegas ke jalan untuk mencari tahu apa yang terjadi ketika dia mendengar teriakan keras.
“Dari waktu ke waktu, kami menyaksikan insiden mematikan seperti itu tanpa tindakan pencegahan apa pun yang diadopsi oleh otoritas lokal atau bahkan dari penduduk,” keluhnya, menekankan bahwa
“Meskipun Israel memikul sebagian tanggung jawab, pemerintah (Hamas] melakukan hal yang sama."
Warga Gaza mendesak pemerintah Hamas untuk mempublikasikan hasil penyelidikannya tanpa penundaan.
Sejak Israel memberlakukan pengepungan di wilayah itu ketika Hamas mengambil alih pada 2007, Gaza telah menghadapi krisis energi yang parah.
Orang sering menyimpan gas memasak, solar, dan bensin di rumah untuk persiapan musim dingin. Kebakaran rumah sebelumnya disebabkan oleh lilin dan kebocoran gas. [rna]