WahanaNews.co | Memasuki bulan November, berikut sejumlah update terbaru soal perang Rusia dan Ukraina, dirangkum di antaranya dari CNN Internasional dan CNBC, melansir dari CNBC Indonesia Senin (7/11/2022):
Perang Rusia dan Ukraina masih terus terjadi. Sejumlah wilayah masih menjadi ajang pertempuran kedua pasukan bekas sesama Uni Soviet itu.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
1. Presiden Mesir Minta Perang Dihentikan
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi meminta perang Rusia dan Ukraina dihentikan. Dia mengungkapkan jika seluruh dunia menderita akibat perang tersebut.
"Perang ini harus dihentikan, perang ini dan seluruh penderitaan yang ditimbulkannya harus diakhir," ucapnya dalam pembukaan World Leaders Summit COP27 UN.
Baca Juga:
Usai Puluhan Tentara Ogah Balik Perang ke Gaza, Israel Kalang Kabut
2. Pemadaman Listrik di Ukraina
Ukraina menghadapi pemadaman listrik lebih lanjut, baik terjadwal maupun tidak. Ini disebabkan oleh kerusakan dari serangan Rusia belum lama ini pada infrastruktur.
Pemadaman terjadwal akan terjadi sepanjang hari di sejumlah kota. Mulai dari ibu kota Kyiv, Chernihiv, Cherkasy, Zhytomyr, Sumy, Kharkiv dan Poltava.
Walikota Kyiv Vitali Klitschko mengatakan wilayah itu harus mempersiapkan diri pada serangan lebih lanjut pada infrastruktur energinya. Menurutnya, strategi Rusia bukan perang melainkan 'terorisme' bahkan 'genosida'.
"Musuh kita melakukan segalanya untuk menjaga kota tanpa panas, listrik dan pasokan air. Secara umum mereka ingin kita mati," ucapnya.
Sementara itu, kota Kherson, yang diduduki Rusia, mengalami pemutusan listrik dan air. Hal ini diungkap pejabat lokal Ukraina dan otoritas yang ditunjuk Rusia.
Kedua negara saling menuding satu sama lain menjadi penyebab pemadaman listrik. CNN Internasional menyebutkan tidak bisa mengkonfirmasi atau memverifikasi serangan yang diklaim tersebut, termasuk pelaku yang bertanggung jawab.
3.Rusia Terbuka untuk Negosiasi?
Di sisi lain, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan ahwa Rusia "terbuka untuk" negosiasi dengan Ukraina. Tetapi saat ini tidak tepat untuk pembicaraan tersebut.
"Kami telah berulang kali mengatakan bahwa pihak Rusia tetap terbuka untuk mencapai tujuannya melalui negosiasi," kata Peskov kepada wartawan Senin.
"Kami juga berulang kali ... melihat bahwa tidak melihat peluang seperti itu (saat ini). Karena Kyiv berubah menjadi undang-undang (keputusan mereka), untuk tidak melanjutkan negosiasi apa pun." tambahnya.
Hal ini diyakini merujuk pada dekrit yang ditandatangani Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky awal Oktober. Ini meganggapi klaim Rusia yang menganeksasi empat wilayah Ukraina.
"Rusia belum siap untuk mengakui bahwa mereka telah menduduki negara kami," kata Zelensky pada bulan September, sebulan sebelum dekrit tersebut.
"Ini berarti tidak akan ada dialog yang substansial."
"Kami ingin mengakhiri perang, tetapi ruang dan peluang telah berubah," tambah Zelensky.
"Tidak ada jaminan bahwa [Rusia] akan melakukan apa yang mereka katakan akan mereka lakukan. Saya pikir mereka tidak akan melakukannya. Tidak ada yang mempercayai mereka," ujarnya.
4.Amerika Dorong Ukraina Buka Pembicaraan dengan Rusia
Pejabat Amerika Serikat (AS) dilaporkan secara pribadi telah mendorong pemerintah Ukraina untuk memberi sinyal negosiasi dengan Rusia. Ini bukan untuk mencapai penyelesaian jangka pendek, tetapi sebagai langkah politik untuk mempertahankan dukungan Barat untuk upaya perang.
Hal ini dimuat pertama kali oleh media AS Washington Post. Jika Kyiv benar-benar tidak bernegosiasi, tulis media itu, maka fenomena 'kelelahan Ukraina' yang dialami AS dan sekutunya akan makin parah.
Sekutu AS semakin khawatir dengan dampak ekonomi dari perang yang berkepanjangan. Sayangnya belum ada komentar resmi dari AS
"Kelelahan Ukraina adalah hal yang nyata bagi beberapa mitra kami," kata seorang pejabat AS kepada Washington Post, dikutip The Guardian.
5.Korut Kirim Senjata ke Rusia
Selain Iran, Korea Utara (Korut) juga disebut akan mengirimkan senjata ke Rusia. Ini diungkap Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby.
"Pyongyang secara diam-diam memasok sejumlah besar peluru artileri untuk perang Rusia di Ukraina, sambil mengaburkan pengiriman, dengan membuatnya tampak seperti akan pergi ke negara-negara di Timur Tengah, dan Afrika Utara," jelasnya dikutip Newsweek.
6 Ukraina Darurat Senjata Ini, Segera Habis
Ukraina berisiko kehabisan senjata pertahanan udara dan membutuhkan bantuan mendesak Barat untuk bertahan melawan gelombang drone Iran. Hal ini diutarakan analis di think tank pertahanan dan keamanan, RUSI.
"Dukungan Barat lebih lanjut diperlukan untuk memastikan bahwa Kyiv dapat melawan pendekatan terbaru Moskow untuk perang udara di Ukraina," kata analis pertahanan RUSI Justin Bronk, Jack Watling dan Nick Reynolds dalam sebuah laporan dimuat CNBC International.
"Upaya Rusia dalam serangan udara strategis terbatas pada serangan rudal jelajah dan balistik yang mahal pada skala yang jauh lebih terbatas. Ini gagal mencapai kerusakan yang menentukan secara strategis selama tujuh bulan pertama invasi," tegas mereka.
7. Putin "Hiroshima-kan" Ukraina?
Presiden Putin dilaporkan memperingatkan para pemimpin Barat. Kali ini, ia disebut mengungkit serangan nuklir di Hiroshima dan Nagasaki dalam percakapan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Menurut sumber, Putin menyatakan pandangan bahwa pemboman, yang memicu penyerahan Jepang dan berakhirnya Perang Dunia II menunjukkan bahwa "Anda tidak perlu menyerang kota-kota besar untuk menang". Ini memicu kekhawatiran Macron bahwa Putin akan melakukan hal yang sama ke Ukraina.
"Macron jelas khawatir," kata sumber itu, dikutip Mail Online.
"Kedengarannya seperti petunjuk yang sangat berat bahwa Putin mungkin meledakkan senjata nuklir taktis di timur Ukraina, sambil membiarkan Kyiv tetap utuh. Itu tampaknya menjadi inti dari ucapannya," tambah sumber tersebut lagi.
Hal sama juga dikatakan sumber lain dari pemerintah Prancis. Ia mengatakan kedua presiden membahas risiko penggunaan senjata nuklir.
"Putin ingin menyampaikan pesan bahwa semua opsi ada di atas meja, sejalan dengan doktrin Rusia yang berkaitan dengan senjata nuklir," tegasnya.
Mengutip media yang sama, para pejabat di Inggris termasuk mantan PM Liz Truss, juga dilaporkan telah memperingatkan bahwa Putin mungkin telah mempersiapkan nuklir setelah pasukan Ukraina menyerang jembatan jalan yang menghubungkan Rusia dan Krimea. Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky diberitahu oleh dinas keamanannya bahwa ada risiko 'sangat tinggi' bahwa Rusia mungkin menggunakan senjata nuklir taktis.
Meski demikian, belum ada konfirmasi dari Putin dan Macron soal ini. Seorang juru bicara pemerintah Prancis menolak berkomentar sementara Kedutaan Rusia di London juga tidak berpendapat.
Sebagai informasi, Amerika Serikat (AS) meledakkan dua bom atom di atas kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Hal tersebut terjadi 6 dan 9 Agustus 1945 silam.
Pemboman itu menewaskan antara 129.000 dan 226.000 orang, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil. Hal itu membuat Jepang menyerah kepada Sekutu pada 15 Agustus. [tum]