WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kecaman terhadap agresi Israel di Gaza semakin meluas. Kali ini, bukan hanya negara-negara Timur Tengah atau organisasi internasional yang angkat suara, tetapi juga sekutu-sekutu dekat Amerika Serikat sendiri.
Sebanyak 25 negara Barat, termasuk Inggris, Prancis, Kanada, dan Australia, secara terang-terangan mengutuk aksi militer Tel Aviv yang menewaskan ratusan warga sipil yang sedang mencari bantuan.
Baca Juga:
115 Tewas Saat Tunggu Bantuan, WFP Kutuk Serangan Brutal Israel di Gaza Utara
Serangan tersebut memicu kemarahan global dan memperkuat tuntutan gencatan senjata segera.
Pada Minggu (20/7/2025), Israel kembali melancarkan serangan mematikan di Gaza. Serangan itu menargetkan warga sipil yang sedang mengantre bantuan di sekitar fasilitas Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), wilayah yang sebelumnya berada di bawah pemantauan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), namun kini dikendalikan oleh otoritas Israel dan Amerika Serikat.
Akibatnya, hampir 800 warga Palestina tewas dalam satu hari. Negara-negara Barat menyebut tragedi tersebut sebagai "kondisi yang sangat mengerikan".
Baca Juga:
Israel Hancurkan Satu-satunya Gereja Katolik Gaza, Reaksi Keras Datang dari Italia
"Model pemberian bantuan pemerintah Israel berbahaya, memicu ketidakstabilan, dan merampas martabat manusia warga Gaza," tegas pernyataan bersama dari para menteri luar negeri negara-negara tersebut, seperti dikutip Reuters pada Selasa (22/7/2025).
Mereka juga menuduh Israel secara aktif menolak masuknya bantuan kemanusiaan yang esensial.
Karena itu, negara-negara Barat tersebut menuntut agar Tel Aviv mematuhi hukum humaniter internasional dan membuka akses bantuan tanpa hambatan.
"Kami mendesak Israel untuk segera mencabut pembatasan guna memungkinkan aliran bantuan dan agar organisasi kemanusiaan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat beroperasi dengan aman dan efektif," lanjut pernyataan itu.
Lebih jauh, mereka menegaskan kesiapan untuk mengambil langkah lanjutan demi mendorong gencatan senjata dan membuka jalur politik menuju perdamaian jangka panjang di kawasan.
"Kami siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut guna mendukung gencatan senjata segera dan jalur politik menuju keamanan dan perdamaian bagi warga Israel dan Palestina," bunyi pernyataan tersebut.
Ke-25 negara yang menyatakan sikap keras terhadap Israel terdiri dari 20 negara Eropa ditambah Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
Empat dari lima negara dalam kelompok aliansi intelijen Five Eyes —yang berisi AS, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru— termasuk dalam daftar ini, menandakan retaknya pandangan terhadap konflik Gaza di antara negara-negara sekutu.
Menanggapi tekanan tersebut, Kementerian Luar Negeri Israel mengklaim bahwa pernyataan negara-negara Barat itu "tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan".
Tel Aviv menganggap kritik tersebut hanya akan memperkuat posisi Hamas dan melemahkan upaya pemberantasan kelompok itu.
"Pernyataan itu gagal memfokuskan tekanan pada Hamas dan gagal mengakui peran dan tanggung jawab Hamas atas situasi tersebut," kata pihak Israel.
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, bahkan menyampaikan secara langsung kepada Menlu Inggris, David Lammy, bahwa semua penderitaan di Gaza adalah akibat dari keputusan dan aksi-aksi Hamas.
"Hamas adalah penyebab utama penderitaan penduduk dan berlanjutnya perang," ujarnya.
Senada dengan itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, Mike Huckabee, menyebut pernyataan kolektif negara-negara Barat itu sebagai "menjijikkan".
Ia menilai bahwa menyalahkan Israel di tengah penolakan Hamas terhadap semua usulan gencatan senjata merupakan sikap yang tidak rasional.
"Pernyataan ini tidak rasional dan menyampaikan pesan yang salah," ujar Huckabee.
Konflik yang tak kunjung mereda ini kian memperlebar jurang diplomatik antara sekutu lama. Ketegangan antara nilai-nilai kemanusiaan dan loyalitas strategis tengah diuji di hadapan dunia.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]