Tetapi mereka tidak menyerahkan tanah mereka. “Kami tidak akan menandatangani perjanjian yang akan berakhir dengan kehancuran utama kami,” ungkap Zabarte kepada RT.
Menurut suku tersebut, program pengujian Washington telah membunuh ribuan orang, dengan banyak warga yang mengalami berbagai jenis kanker dan penyakit.
Baca Juga:
Kapal AS dengan 154 Rudal Mendekat, Korut Tak Sabar Ingin Gunakan Bom Nuklir
Kulit kakek Zabarte terkelupas karena kekurangan autoimun, dan dia meninggal segera setelah itu karena serangan jantung.
Anggota keluarga lainnya telah memasang alat pacu jantung pada usia yang sangat muda, sementara saudara kembar sepupunya meninggal pada usia 11 tahun.
“Keluarga saya memiliki insiden kanker tiroid yang tinggi, tetapi kami tidak mengikuti orang-orang itu, kami tidak memiliki kapasitas,” tutur dia.
Baca Juga:
Bom Nuklir AS Kedapatan Rusak di Belanda, Pentagon Klaim Senjata Palsu
“Amerika Serikat tidak ingin mempelajari konsekuensi kesehatan kita sendiri yang merugikan. (AS) tidak akan berbeda dengan Nazi Jerman yang mempelajari konsekuensi kesehatan dari pengujian mereka pada orang-orang Yahudi. Itu sangat jauh dari benar. Kami harus melakukannya sendiri dan kami membutuhkan bantuan,” papar dia.
Shoshone tidak memiliki peralatan medis atau database komputer untuk melacak orang-orang mereka.
Jadi kematian dari kondisi yang mencurigakan umumnya tidak dicatat. Selain itu, Shoshone, menurut tradisi, adalah orang-orang yang bangga, jadi tidak semua dari mereka mengeluhkan masalah kesehatan mereka.