Seperti yang dijelaskan Zabarte, “Politisi di Washington DC mendefinisikan kuda Indian kami sebagai kuda liar dan mulai mengejar peternak kami, yang memiliki hak yang dijamin sebagai pemburu atau penggembala di bawah perjanjian untuk memiliki ternak.”
“Biro Pengelolaan Lahan Amerika Serikat menentukan kuda kami, sapi kami, ternak kami menghancurkan tanah. Tetapi tanah itu dihancurkan oleh uji coba senjata nuklir dan pemerintah Amerika Serikat menyalahkan orang-orang Shoshone,” ungkap dia.
Baca Juga:
Kapal AS dengan 154 Rudal Mendekat, Korut Tak Sabar Ingin Gunakan Bom Nuklir
Tidak ada ekonomi atau gaya hidup yang berkelanjutan, dan kota terdekat berjarak 80 mil. “Saya tidak punya reservasi untuk kembali,” papar Zabarte, yang dapat melacak keturunan langsungnya ke wilayah Kawich, yang menampung Area 51.
“Mereka mencuri kuda saya, mereka mencuri mata pencaharian saya. Tidak ada pekerjaan, tidak ada kesempatan; Amerika Serikat telah mencuri ekonomi kami, perburuan kami, penangkapan ikan kami… dan menjadikan kami pelanggar di negara kami sendiri,” ungkap dia.
Tapi reservasi hanya membuat sebagian kecil dari seluruh tanah Shoshone. Sisanya digunakan pemerintah dan penduduk Amerika, terkadang tanpa disadari.
Baca Juga:
Bom Nuklir AS Kedapatan Rusak di Belanda, Pentagon Klaim Senjata Palsu
Orang-orang membeli rumah dan tinggal di tanah yang menurut Shoshone harus mereka kendalikan, tetapi semua pajak dari aktivitas ekonomi masuk ke AS. Shoshone tidak memiliki klaim atas itu.
“Amerika Serikat tidak dapat membuktikan kepemilikannya tetapi mereka datang ke negeri kami dan mereka memberikan uang pajak kepada negara bagian Nevada, dan negara bagian Nevada mengambil uang itu dan memberikannya kepada setiap unit pemerintah lokal non-Shoshone lainnya, dan kami tak mendapatkan apa-apa. Itu perpajakan tanpa perwakilan,” ungkap Zabarte.
Terlepas dari rasa ketidakadilan yang jelas, dia merasa berkewajiban memperingatkan orang Amerika yang tinggal di atau melewati negeri Shoshone tentang bahaya yang ditimbulkannya.