WahanaNews.co | Ideologi Taliban bukan berasal dari Afghanistan, juga bukan Timur Tengah. Bahkan bukan negara mayoritas muslim, melainkan dari sebuah kota kecil di India berjarak sekitar 160 kilometer dari New Delhi.
Lebih dari 150 tahun lalu di sinilah sarjana muslim mulai menyebarkan Islam yang juga berkelindan dengan politik di masa itu. Madrasah Darul Ulum Deoband yang didirikan pada 1866 mengajarkan, dengan kembali pada prinsip-prinsip Islam maka muslim India akan mampu melawan kolonial Inggris. Kurang dari satu dasawarsa sebelumnya, Inggris mengambil alih India dari East India Company. Penguasa muslim sebelumnya--Mughal--sudah ditaklukkan.
Baca Juga:
Bio Farma Hibahkan 10 Juta Dosis Vaksin Polio untuk Afghanistan
"Inggris mengambil alih. Kehebatan muslim pudar. Jadi ada semacam rasa kepedihan di tengah-tengah muslim," kata Luv Puri, peneliti, penulis dan kolumnis, seperti dikutip dari NPR, Rabu (8/9). "Mereka kemudian memutuskan inilah saatnya untuk merebut kembali kejayaan Islam. Mari mulai lewat sebuah gerakan."
Gerakan yang mereka mulai kemudian dikenal dengan Islam Deobandi, semacam aliran paham Sunni yang berasal dari India dan Pakistan. Para pengikutnya di kemudian hari mendukung perjuangan Mahatma Gandhi. Setelah India terbelah, mereka menyebar ke Asia Selatan dan mendirikan madrasah-madrasah, mengajarkan Islam garis keras--terutama di sepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan.
Di sanalah mereka memberi pengajaran kepada murid-murid yang kemudian dikenal dengan nama Taliban.
Baca Juga:
Afghanistan Kembali Gempa Bumi Berkekuatan 6,3 Magnitudo
Akar Ideologi Taliban dari Negara Mayoritas Hindu
Mendiang pendiri Taliban Mullah Muhammad Umar merupakan lulusan madrasah Deobandi di Pakistan, bersama beberapa pemimpin Taliban lain. Meski Taliban menyebut mereka sendiri sebagai Deobandi, para ulama di tempat lahirnya Islam Deobandi menganggap mereka berbeda dengan Taliban--walaupun dalam beberapa kesempatan mereka mengagumi Taliban.
"Taliban mengatakan mereka sedang melakukan apa yang kami lakukan di India. Bagaimana kami mengusir penjajah Inggris dari India, begitulah yang Taliban lakukan di Afghanistan. Mereka sedang mengusir para penjajah: yang pertama Rusia, lalu Amerika," kata Maulana Arshad Madani, pimpinan Darul Ulum yang berusia 80 tahun kepada NPR di rumahnya. "Yang mereka katakan itu benar."
Tapi Madani dan orang-orang di sana membantah mereka punya hubungan dengan Taliban dan tampak tidak nyaman jika dikait-kaitkan.
"Mereka menyebut diri sebagai Deobandi, tapi 99 persen dari Taliban bahkan tidak pernah ke India. Kami tidak punya hubungan dengan mereka," kata Madani.
Sejumlah cendekiawan mengatakan Madani benar--Islam versi Taliban berbeda dari asal mulanya yaitu gerakan Deobandi pada akhir abad ke-20.
"(Versi) Deobandi India itu klasik, sementara yang ada di Pakistan dan Afghanistan itu neo-Deobandi," ujar Soumya Awasthi, pakar keamanan di Yayasan Internasional Vivekananda, lembaga peneliti di New Delhi. "Saya menyebutnya neo-Deobandi karena paham itu melenceng jauh dari ajaran Islam Deobandi. Mereka punya unsur Wahabisme di dalamnya," kata dia.
Wahabisme adalah gerakan ultrakonservatif dalam Islam Sunni, diambil dari nama teolog asal Arab Saudi Muhammad ibn Abdul Wahhab. Ini adalah versi Islam yang kini berlaku dalam hukum Saudi dan dipraktikkan di sana hingga kini.
"Setelah terjadi Revolusi Islam Iran pada 1979, Arab Saudi khawatir dunia Islam akan didominasi paham Syiah Iran. Maka mereka mulai menyokong mayoritas Sunni Pakistan untuk mendirikan madrasah-madrasah di perbatasan. Perlahan-lahan budaya Wahabi merasuk ke Islam Deobandi," kata Awasthi.
Seiring waktu, varian Islam Deobandi yang berbeda dipengaruhi oleh kondisi politik di mana paham itu berkembang: varian Wahhabi dipraktikkan oleh Taliban yang para pengikutnya kerap menyerang muslim moderat dan penduduk berbeda keyakinan, dan varian asli Deobandi kian meluas secara damai di India selama lebih dari 150 tahun.
Apa yang diajarkan madrasah Deobandi saat ini?
Kini madrasah Darul Ulum Deobandi memiliki lebih dari 4.000 murid--semua laki-laki. Mereka kebanyakan dari India, tapi ada juga siswa asing dari negara mayoritas muslim seperti Malaysia dan Indonesia.
Kurikulum madrasah ini menitikberatkan Alquran, teks kisah hidup Nabi Muhammad dan hadits, bahasa Arab dan sastra, serta hukum Islam dan juga geografi serta sejarah. Tiap siswa harus menempuh pendidikan selama delapan tahun untuk pelajaran bahasa Arab dan setelah itu mereka bisa melanjutkan ke gelar master di bidang teologi, sastra dan ilmu lainnya.
"Seperti semua madrasah, sekolah ini yang pertama dan utama adalah pembelajaran tentang Islam," kata Brannon Ingram, pakar Islam Deobandi dan profesor studi agama di Universitas Northwestern di Illinois dalam surel kepada NPR.
"Sebagian juga mengajarkan bahasa Inggris dan topik modern lainnya. Mereka tidak mengajarkan 'jihad' meski dalam teks klasik siswa akan membaca dan menemukan tema itu.
Penyambung lidah Taliban?
Selain Amerika Serikat, India juga mencoba membangun demokrasi di Afghanistan selama 20 tahun terakhir. India menghabiskan dana pembangunan jalan di Afghanistan sebesar USD 3 miliar, sekolah bagi perempuan, dan klinik kesehatan.
Dengan semua alasan itu, India punya kepentingan atas masa depan keamanan Afghanistan. Diplomat India diyakini sudah menjalin komunikasi di belakang layar dengan Taliban beberapa bulan lalu meski baru bulan lalu India mengakui mereka mengadakan pembicaraan langsung dengan Taliban di Doha, Qatar.
Taliban mungkin tidak mau mendengar saran dari AS atau negara lainnya. Tapi sejumlah kalangan mengatakan mereka mungkin mau mendengarkan sekelompok ulama muslim di India utara, tempat mereka berbagi sejarah awal mula.
"Menurut saya kita sudah terlambat. Dua puluh tahun berinvestasi dan kita seharusnya sudah memetik manfaat dari sebuah kota kecil berjarak 160 kilometer dari Delhi," kata Puri.
Pimpinan Darul Ulum Deoband, Madani, mengatakan kepada NPR, dia tidak pernah berkomunikasi dengan Taliban tapi dia bersedia memulai.
"Saya sudah tua dan lemah," kata ulama 80 tahun itu. "Tapi jika diberi kesempatan saya akan pergi ke Afghanistan."
Jika pemerintah India memintanya dan perjalanannya aman, dia mengaku siap berangkat ke Afghanistan untuk membujuk Taliban agar mau berdamai dan lebih melunak. [rin]