WahanaNews.co, Jakarta - Menlu RI Retno Marsudi menyatakan bahwa Indonesia mendorong pencapaian solusi dua negara atau two state solution sesuai dengan standar Internasional yang telah disepakati, dengan tujuan mengakhiri konflik di Gaza, Palestina.
"Masih ada pekerjaan rumah yang besar yang perlu terus kita selesaikan, yaitu proses perdamaian untuk mencapai two state solution sesuai dengan parameter internasional yang telah disetujui," ujar Retno, mengutip Antara, Selasa (28/11/2023).
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Meskipun demikian, Retno menegaskan bahwa upaya Indonesia dalam mendukung solusi dua negara untuk mengakhiri konflik di Gaza harus mematuhi standar Internasional yang telah disepakati.
"Jadi, two state solution-nya pun itu ada komanya, berdasarkan parameter internasional yang sudah disepakati karena parameternya sudah ada, sudah disahkan juga oleh beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB, SMU (Sidang Majelis Umum) PBB yang tinggal melaksanakan, tetapi prosesnya memang sangat sulit," ujarnya.
Menlu Retno menyebut bahwa terwujudnya solusi dua negara tersebut merupakan masalah jangka panjang yang harus diupayakan untuk menghentikan akar permasalahan konflik di Gaza.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
"Jadi, sekali lagi yang short term kita atasi, yang masalah kemanusiaan, bantuan kemanusiaan, kemudian ceasefire (gencatan senjata), tetapi akar masalahnya itu adalah yang long term itu bagaimana proses perdamaian dapat segera dimulai untuk mencapai two state solution," tuturnya.
Sembari mengupayakan hal tersebut, lanjut Retno, Indonesia juga mendorong bantuan kemanusiaan yang menjadi masalah jangka pendek yang harus segera diatasi di Gaza.
"Masalah bantuan kemanusiaan dan sebagainya ini adalah jangka pendek yang harus kita lakukan sekarang karena sekali lagi kita berkejaran dengan nyawa. Kita harus mengobati orang yang sakit, kita harus menyelamatkan bayi-bayi yang lahir prematur, misalnya. Jadi, masalah kemanusiaan itu kita kedepankan terlebih dahulu," katanya.