WahanaNews.co | Presiden Belarusia memiliki nama lengkap Alexander Grigoryevich Lukashenko.
Lukashenko mulai menjadi pemimpin Belarusia sejak 1994 lalu.
Baca Juga:
Rusia Siap-siap Kerahkan Senjata Nuklir ke Belarus Bulan Depan
Sampai saat ini, dia masih berkuasa.
Pada Agustus 2020, Pemilu di Belarusia lumayan mengguncang, karena ada perkiraan bahwa Lukashenko bakal lengser.
Faktanya, Lukashenko sampai saat ini masih tetap berkuasa, meski tahun lalu demonstrasi besar dilakukan oleh masyarakat.
Baca Juga:
Rusia Disebut Ingin Jadikan Ukraina Seperti Belarusia
Rakyat Belarusia yang pro demokrasi mendesak presidennya untuk mundur karena dianggap melakukan serangkaian kecurangan dalam pemilu yang ia menangkan.
Rezim Lukashenko kemudian melakukan tindakan keras terhadap para demonstran.
Ada ribuan orang yang ditahan, termasuk para lawan politik.
Langkah itu membuat Uni Eropa (UE) menjatuhkan berbagai sanksi terhadap ratusan entitas Belarusia.
Lukashenko kemudian diduga membalas sanksi UE dengan cara menampung para pengungsi dari Timur Tengah, dan mendorong mereka untuk memasuki negara-negara blok UE.
Akibatnya, saat ini terjadi krisis perbatasan di Eropa Timur.
Tumbuh Tanpa Ayah
Belarusia adalah negara pecahan Uni Soviet.
Di bagian timur, Belarusia berbatasan langsung dengan Rusia.
Dua negara itu berbagi garis perbatasan sepanjang 1.239 kilometer, termasuk daratan, sungai, dan danau.
Saat ini, Lukashenko adalah pria yang memerintah Belarusia.
Dia disebut sebagai diktator terakhir Eropa, karena telah berkuasa selama 26 tahun.
Ia sepertinya akan tetap berkuasa lebih lama lagi karena kemenangan pemilu pada tahun 2020, yang dinilai curang oleh lawan politik.
Lukashenko lahir pada 30 Agustus 1954.
Ibunya bernama Ekaterina Trofimovna Lukashenko, dan pernah bekerja di pabrik rel kereta api serta pemerah susu.
Lukashenko kecil tumbuh besar di bawah asuhan sang ibu.
Sang ayah tidak berada di sisinya ketika ia besar, kendati tidak diketahui dengan jelas identitas sang ayah.
Karena hal tersebut, Lukashenko kecil sering diejek oleh kawan-kawannya.
Kawan-kawannya yang sering mengejek waktu kecil, tak pernah mengira bahwa Lukashenko saat ini adalah penguasa Belarusia, yang bahkan disebut sebagai diktator terakhir Eropa.
Anak Desa Jadi Anggota Dewan
Masa kecil Lukashenko sering membantu ibunya memerah susu.
Ia menjalani sekolah sama seperti anak-anak di pedesaan.
Dia juga terkenal rajin dan mengambil kelas alat musik akordeon.
Beranjak dewasa, dia memilih kuliah di jurusan sejarah dan lulus pada 1975 dari Universitas Negeri Kuleshov Mogilev.
Sepuluh tahun kemudian, ia juga menerima diploma di bidang ekonomi dari Belarusian Agricultural Academy.
Menurut laman resmi Presiden Belarusia, Lukashenko kemudian menjadi instruktur politik di Angkatan Darat Soviet.
Dia bertugas selama dua tahun dari 1975 sampai 1977.
Meski sebentar, tapi ia menganggap itu jadi pengalaman yang berarti.
Lepas dari militer, sampai tahun 1990, Lukashenko bekerja di beberapa instansi yang mengurusi pertanian.
Dari situ, dia terjun ke dunia politik dan terpilih sebagai Anggota Dewan Tertinggi Belarusia karena fasih menentang korupsi.
Pada 1993, lelaki yang sering diejek ketika kecil karena tumbuh tanpa ayah itu, kemudian terpilih sebagai ketua sementara komite anti-korupsi parlemen Belarusia.
Jadi Presiden Lewat Pemilu Kredibel
Belarusia mengadakan pemilu pada 1994.
Lukashenko yang tidak populis mencalonkan diri sebagai presiden dan bertanding dengan tokoh lainnya yang lebih terkenal.
Namun karena narasi sebagai sosok politikus anti-korupsi, pada putaran kedua ia mengalahkan Vyacheslav Kebic, seorang pemimpin komunis.
Kemenangan Lukashenko adalah kemenangan telak dengan perolehan lebih dari 80 persen suara.
Pada saat terpilih, Lukashenko dinilai sebagai pemimpin tanpa program politik yang jelas.
Tapi satu hal yang pasti, menurut Atlantic Council, Belarusia telah memilih menentang pendirian komunis lama, dan mengadakan pemilu yang kredibel dan demokratis.
Namun dalam perjalanan karier kepemimpinannya, Lukashenko rupanya tak serta merta kemudian membelakangi Rusia, negara yang dulu pernah menguasai Belarus dalam cengkeraman Uni Soviet.
Lukashenko bahkan menjalin hubungan erat dengan Rusia sampai saat ini.
Selama memerintah Belarus, Lukashenko banyak mengadopsi program komunis, kelompok yang ia kalahkan dalam pemilu.
Dan ketika ia berkuasa, secara bertahap Lukashenko melakukan kontrol kuat terhadap ekonomi, media dan represi terhadap lawan politik.
Andres Aslund, rekan senior di Atlantic Council menilai, selama menjabat Lukashenko sembrono dalam mengelola keuangan negara.
Pada 2008-2009, dirinya berhasil mengakses pinjaman dari IMF dan UE.
Namun dua lembaga tersebut menuntut Belarusia lebih demokratis dan melaksanakan kebijakan ekonomi lebih masuk akal.
Lukashenko sepertinya keberatan dengan hal tersebut, dan dana pinjaman yang didapat dari UE atau IMF pada akhirnya hanya sedikit.
Belarusia mengalami inflasi yang besar sampai lebih dari 100 persen pada 2011.
Lukashenko akhirnya menoleh ke Rusia, dan meminta bantuan Presiden Vladimir Putin untuk berbagai hal, termasuk harga murah minyak mentah dari Rusia.
Haus Kekuasaan
Lukashenko pada awal kepemimpinannya disebut sebagai “Batka”, yang berarti ayah.
Dia juga dianggap sebagai Ayah Belarusia modern.
Selama seperempat abad memimpin Belarusia, banyak pengamat yang menilai bahwa Lukashenko membuat Rusia versi mini.
Ini termasuk subsidi besar-besaran untuk industri yang dimiliki oleh negara, juga keuntungannya menjalin hubungan mesra dengan Moskow.
Dalam kepemimpinannya, pihak oposisi liberal banyak yang dikesampingkan.
Media juga disesor dan lawan politik mengalami represi.
Guna menancapkan cengkeraman kekuasaan lebih dalam, Deutsche Welle menyebut bahwa Lukashenko mengandalkan dinas inteliten yang bernama KGB, nama yang sama dengan pendahulunya di era Soviet.
Valery Karbalevitch, analis politik menilai ada dua faktor yang memberi penjelasan mengapa rezim otoriter Belarusia bangkit dengan gigih.
Dua alasan tersebut adalah, "Lukasnhnko haus akan kekuasaan dan menolak kekuasaannya dibatasi."
Alasan kedua, pada saat yang sama, "masyarakat Belarusia mendambakan rasa stabilitas era Soviet."
Konflik dengan UE
Hubungan antara Belarusia dengan UE sebenarnya tidak erat.
Justru hubungan tersebut lebih terkesan konfliktual secara diplomatik tapi tidak mengganggu sektor ekonomi.
Minsk dan Brussel bisa dekat karena adanya konflik yang melibatkan Rusia.
Ketika Rusia konflik dengan Georgia dan Ukraina, Lukashenko memilih posisi netral.
Bahkan Minsk menjadi tuan rumah untuk memecahkan masalah Rusia-Ukraina.
Itu membuat Lukashenko dipuji dan mendapat penghormatan oleh UE.
Tapi UE dalam membantu membangun kerja sama ekonomi Belarusia, meminta Lukashenko untuk membuat negaranya menjadi lebih demokratis dan liberal.
Dan dalam pemilu pada Agustus 2020, UE menilai telah terjadi kecurangan besar yang dilakukan oleh Lukashenko.
Selain itu, protes rakyat Belarusia setelah pemilu, juga ditindak dengan keras oleh rezim.
Ada ribuan orang aktivis yang ditahan dan dipenjara.
Wartawan bahkan ditangkap ketika menyiarkan atau meliput demonstrasi anti-Lukashenko.
Karena hal tersebut, UE secara bertahap menjatuhkan sanksi terhadap Belarusia, yang membuat negara itu tertekan.
Dalam laman resminya, alasan UE menjatuhkan sanksi tersebut yakni memberi tekanan kepada pemimpin politi Belarus untuk mencegah kekerasan dan penindasan lebih lanjut.
UE juga meminta semua tahanan politik untuk dibebaskan.
Saat ini sudah ada empat paket sanksi dan pembatasan untuk ratusan individu dan belasan entitas Belarusia.
Paket sanksi kelima sepertinya juga akan segera diberikan.
Namun karena sanksi itu, Lukashenko dianggap melakukan serangan balik.
Presiden Belarusia menggunakan para pengungsi Timur Tengah yang ingin mencari penghidupan di UE.
Minsk kemudian jadi pintu masuk bagi para pengungsi.
Dari sana, para pengungsi kemudian didorong untuk memasuki negara-negara blok UE seperti Polandia, Lithuania dan Latvia.
Sampai saat ini, terjadi krisis di perbatasan antara Belarusia dan Polandia karena ada banyak pengungsi yang terdampar di perbatasan. [dhn]