WAHANANEWS.CO - Pemerintah Amerika Serikat berencana menarik sekitar 1.000 personel militernya dari Suriah dalam beberapa bulan mendatang.
Jumlah tersebut mencakup hampir separuh dari total pasukan AS yang telah ditempatkan di negara tersebut selama beberapa tahun terakhir sebagai bagian dari misi melawan kelompok radikal ISIS.
Baca Juga:
Korut Kecam Latihan Militer AS-Korsel
Pasukan AS telah berada di Suriah sejak lama guna mendukung operasi internasional yang bertujuan memerangi ISIS, yang sempat menguasai wilayah luas di Suriah dan Irak lebih dari satu dekade lalu.
Meskipun ISIS telah mengalami kekalahan besar, kelompok tersebut masih dianggap sebagai ancaman aktif.
Juru Bicara Pentagon, Sean Parnell, menyampaikan bahwa Menteri Pertahanan AS telah memerintahkan proses konsolidasi pasukan ke sejumlah lokasi tertentu di Suriah.
Baca Juga:
Protes ke Trump, Hong Kong Hentikan Pengiriman Paket ke Amerika
“Proses yang disengaja dan berbasis kondisi ini akan mengurangi jumlah personel menjadi kurang dari 1.000 tentara dalam beberapa bulan ke depan,” kata Parnell, Jumat (18/4/2025) waktu setempat, seperti dilansir AFP.
Ia menambahkan bahwa meskipun dilakukan pengurangan, Komando Pusat AS tetap siap melanjutkan serangan terhadap sisa-sisa kelompok ISIS di wilayah tersebut.
Intervensi AS di Suriah dimulai sejak 2014, saat serangan besar-besaran ISIS memicu koalisi internasional pimpinan AS melakukan serangan udara untuk mendukung pasukan lokal, seperti militer Irak dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didominasi milisi Kurdi.
Selain memberikan dukungan strategis dan pelatihan, pasukan AS juga ikut serta dalam pertempuran langsung melawan ISIS. Kemenangan atas ISIS di Irak diumumkan pada Desember 2017 oleh Perdana Menteri Irak, sementara SDF menyatakan kemenangan di Suriah pada Maret 2019.
Namun, hingga kini, sel-sel ISIS masih aktif di sejumlah wilayah terpencil, dan serangan sporadis masih terus dilakukan untuk mencegah kebangkitan mereka.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]