WahanaNews.co, Washington DC - Pemerintah Amerika Serikat telah meningkatkan pasokan baru untuk pertahanan udara, amunisi, dan bantuan keamanan lainnya ke Israel untuk membantu negara tersebut dalam merespons serangan dari Hamas.
Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat senior Pentagon setelah Presiden Joe Biden menyatakan dukungannya terhadap sekutu Amerika Serikat di Timur Tengah.
Baca Juga:
Detik-detik Mencekam! Remaja 17 Tahun Saksikan Langsung Tabrakan Pesawat di Washington DC
Pejabat Amerika Serikat menyampaikan, "Pesawat-pesawat sudah dalam penerbangan," kepada wartawan di Pentagon, seperti yang dilaporkan oleh Reuters pada Selasa (10/10/2023).
Mereka juga mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang meningkatkan dukungan kepada Israel dan terus berkomunikasi dengan rekan-rekan mereka di Israel untuk menilai dan mendukung kebutuhan yang mendesak.
Meskipun Amerika Serikat belum memberikan detail mengenai sejauh mana bantuan keamanan yang diberikan kepada Israel, pejabat pertahanan Amerika mengindikasikan bahwa Washington telah berkomunikasi dengan industri pertahanan untuk mempercepat pengiriman pesanan Israel.
Baca Juga:
Tabrakan Black Hawk dan American Airlines di Langit AS Renggut Puluhan Nyawa
Selain itu, mereka juga mempertimbangkan penggunaan stok militer Amerika Serikat untuk membantu mengisi kekurangan persediaan militer Israel.
Pejabat tersebut juga mencoba menghapus kekhawatiran bahwa Amerika Serikat mungkin menghadapi kesulitan dalam memasok senjata ke Israel pada saat yang sama mereka memberikan bantuan senjata kepada Ukraina.
"Kami dapat melanjutkan dukungan kami kepada Ukraina, Israel, dan menjaga kesiapan global kami," kata pejabat itu.
Adapun kelompok Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel pada Sabtu, menewaskan ratusan warga Israel dan menyandera puluhan orang. Serangan tersebut menyebabkan Israel menyatakan perang, dan kekerasan yang meningkat mengancam akan memulai perang besar baru di Timur Tengah.
Pejabat senior AS tersebut membandingkan serangan Hamas dengan "kebiadaban setingkat ISIS," sebuah karakterisasi yang serupa dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang juga mengatakan pada hari Senin bahwa serangan Hamas mencerminkan serangan yang dilakukan oleh kelompok ISIS.
Presiden AS Joe Biden mengatakan setidaknya 11 warga negara Amerika termasuk di antara mereka yang terbunuh di Israel dan menambahkan warga AS kemungkinan besar termasuk di antara para sandera Hamas.
"Saya telah mengarahkan tim saya untuk bekerja dengan rekan-rekan Israel dalam setiap aspek krisis penyanderaan, termasuk berbagi informasi intelijen," kata Biden dalam pernyataan yang dirilis Gedung Putih.
Sementara itu, Hamas menyebut serangannya sebagai "Operasi Banjir Al-Aqsa" dan menyerukan "pejuang perlawanan di Tepi Barat" serta di "negara-negara Arab dan Islam" untuk bergabung dalam pertempuran tersebut.
Sayap bersenjatanya, Brigade Ezzedine Al-Qassam, mengeklaim telah menembakkan lebih dari 5.000 roket pada hari pertama serangan
Ketua Hamas Ismail Haniyeh mengeklaim kelompoknya berada di "ambang kemenangan besar".
"Siklus intifada (pemberontakan) dan revolusi dalam pertempuran untuk membebaskan tanah kami dan tahanan kami yang mendekam di penjara pendudukan harus diselesaikan," katanya.
Mengutip CNBC Indoensia, juru bicara Hamas Khaled Qadomi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok itu melakukan operasi militernya sebagai tanggapan atas kekejaman yang dihadapi warga Palestina selama beberapa dekade.
Selain itu, Israel juga diketahui beberapa kali melakukan serangan di wilayah Masjid Al Aqsa, yang merupakan tempat suci Umat Islam.
"Kami ingin komunitas internasional menghentikan kekejaman di Gaza terhadap rakyat Palestina, tempat suci kami seperti Al-Aqsa. Semua hal inilah yang menjadi alasan di balik dimulainya pertempuran ini," katanya.
Hamas juga meminta kelompok lain untuk bergabung dalam perlawanan, dan mengatakan bahwa serangan hari Sabtu hanyalah permulaan.
Sementara itu, Washington telah meminta China untuk ikut andil dalam mewujudkan stabilitas di kawasan itu.
Dalam sebuah pertemuan antara Pemimpin Mayoritas Senat AS Chuck Schumer dengan Presiden China Xi Jinping, Senin (9/10/2023), Negeri Paman Sam meminta agar Beijing mampu menggunakan pengaruhnya dengan Iran untuk mencegah meluasnya konflik Israel-Hamas.
"Beberapa dari kami mengajukan permintaan agar China menggunakan pengaruhnya terhadap Iran untuk tidak membiarkan kebakaran besar meluas," kata Schumer kepada wartawan dalam sebuah pengarahan sebagaimana dilaporkan CNBC International.
"Mereka mempunyai pengaruh terhadap Iran dalam berbagai cara. Dan kami meminta mereka untuk melakukan segala yang mereka bisa agar Iran tidak menyebarkan kebakaran ini melalui diri mereka sendiri dan melalui Hizbullah."
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan bahwa pihaknya merasa sedih dan prihatin serta mengutuk dengan keras tindakan yang telah merugikan warga sipil. Ia mengatakan Beijing berharap pertempuran akan berhenti dan perdamaian akan segera kembali.
"Kami ingin sekali lagi menyerukan pihak-pihak terkait untuk segera menghentikan pertempuran, melindungi warga sipil dan menghindari memburuknya situasi," tambahnya saat ditanya terkait komunikasi Beijing-Teheran.
Sebelumnya konflik antara Hamas dan Israel juga ikut menyeret proksi Iran di Lebanon, Hizbullah. Kelompok itu ikut menembakan rudalnya ke wilayah Israel pada Sabtu, tak lama setelah Hamas melakukannya di Selatan.
Selain itu, Ghazi Hamad, Juru Bicara Hamas, memberitahu BBC bahwa Hamas menerima dukungan langsung untuk serangannya dari Iran.
Laporan The Wall Street Journal pada hari Minggu menyebutkan bahwa pejabat keamanan Iran ikut serta dalam perencanaan dan memberikan persetujuan untuk serangan tersebut dalam pertemuan yang diadakan di Beirut pada hari Senin sebelumnya.
Meskipun demikian, pemerintah Iran menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan yang dilancarkan oleh Hamas. Misi Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan inisiatif yang diambil oleh Hamas sendiri.
Iran, menurut pernyataan Misi mereka di PBB yang dikutip oleh Reuters, melihat tindakan ini sebagai upaya Hamas untuk mempertahankan diri dari pendudukan Israel yang telah berlangsung selama tujuh dekade dan tindakan kejam yang dilakukan oleh rezim Zionis yang dianggap ilegal.
Pada hari Sabtu pagi, kelompok pejuang Hamas meluncurkan serangan roket dari Jalur Gaza ke wilayah Israel. Sinyal alarm berulang kali berbunyi di berbagai daerah di seluruh negeri, termasuk Tel Aviv dan sekitarnya.
Sebagai tanggapan terhadap serangan tersebut, Tel Aviv memulai operasi militer yang dikenal dengan nama "Pedang Besi." Beberapa media melaporkan bahwa Tentara Israel telah melancarkan serangan ke Jalur Gaza setelah menerima tembakan roket yang besar dari wilayah Palestina.
Hamas, sayap gerakan Palestina, mengumumkan bahwa selama operasi di wilayah Israel, mereka berhasil menangkap sekitar 35 tentara dan pemukim Israel.
Hamas menyatakan bahwa operasi serangan ini merupakan respons terhadap tindakan agresif Israel terhadap salah satu situs paling suci dalam agama Islam, yaitu Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]