"Selain kecepatan senjata, dalam hal efeknya pada target tertentu, kami tidak melihat efek yang benar-benar signifikan atau mengubah permainan hingga saat ini dengan pengiriman sejumlah kecil senjata hipersonik yang digunakan Rusia," ujarnya.
Pejabat pertahanan AS mengatakan awal pekan ini bahwa Rusia meluncurkan antara 10 hingga 12 rudal hipersonik terhadap Ukraina sejak meluncurkan invasi ke negara itu pada 24 Februari.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
Milley menambahkan bahwa ini adalah pertama kalinya senjata hipersonik digunakan dalam perang. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan:
“Saya pikir dia [Presiden Rusia Vladimir Putin] sedang mencoba untuk menciptakan efek tertentu dengan penggunaan senjata itu [hipersonik]...Dan seperti yang telah ditunjukkan oleh ketua [Jenderal Milley], itu bergerak dengan kecepatan yang membuatnya sangat sulit untuk dicegah. Tapi itu belum menjadi pengubah permainan.”
Austin menambahkan bahwa penggunaan senjata hipersonik Moskow bukanlah tanda bahwa mereka sedang bersiap untuk meningkatkan senjata nuklir.
Baca Juga:
Rudal Balistik Houthi Gempur Tel Aviv, Bantu Hizbullah Perangi Israel
Tiga hari setelah invasi Rusia, Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa dia telah memerintahkan “pasukan pencegahan” nuklir negaranya dalam siaga tinggi.
Keesokan harinya, pasukan rudal nuklir Rusia dan Armada Utara dan Armada Pasifik ditempatkan pada tugas tempur yang ditingkatkan. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.