WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ratusan pekerja Korea Selatan yang ditangkap dalam penggerebekan imigrasi besar-besaran di pabrik Hyundai-LG di Ellabell, Georgia, kini telah dipulangkan ke Seoul, meninggalkan jejak trauma sekaligus gejolak diplomasi antara Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Wakil Menteri Luar Negeri AS Christopher Landau pada Rabu (12/09/2025) menyatakan penyesalan mendalam atas insiden ini dan menyebutnya sebagai momentum perbaikan sistem sekaligus penguatan hubungan bilateral.
Baca Juga:
Pemerintah Siapkan Rp210 Miliar KUR untuk Pekerja Migran, Cegah Jeratan Pinjol dan Rentenir
Menurut Landau, Presiden AS Donald Trump memiliki “kepentingan tinggi” dalam kasus tersebut.
Ia bahkan sempat menahan kepulangan ratusan pekerja untuk menanyakan apakah ada yang bersedia tetap tinggal di AS guna melatih tenaga kerja lokal.
Namun, dari 316 warga Korea Selatan serta belasan pekerja asal China, Jepang, dan Indonesia yang ditahan di pusat detensi Folkston, Georgia, hanya satu orang yang memilih bertahan karena memiliki kerabat di Amerika.
Baca Juga:
Kementerian P2MI Petakan Pasar Tenaga Kerja di Luar Negeri, 3 Negara Sudah Kerjasama
Mayoritas memilih pulang, meski dengan pengalaman pahit. Banyak pekerja mengaku diperlakukan tidak manusiawi, diborgol di tangan dan kaki, hingga harus berbagi ruang sempit dengan toilet di dalam sel.
“Saya pulang, saya bebas,” teriak salah seorang pekerja penuh haru ketika tiba di Bandara Incheon, Jumat (12/09/2025).
Trump sebelumnya menegaskan bahwa razia imigrasi bertujuan menegakkan hukum dan mendorong perusahaan asing lebih banyak mempekerjakan warga lokal.