Namun, belakangan ia melunak dengan mengatakan tenaga kerja asing tetap dibutuhkan untuk melatih pekerja Amerika.
“Kami menyambut mereka, kami menyambut karyawan mereka, dan kami bersedia belajar dari mereka,” tulis Trump dalam pernyataan di media sosial.
Baca Juga:
Gadis Asal Deli Serdang Tewas di Kamboja, Diduga Terjerat Jaringan TPPO
Meski begitu, dampak ekonominya tidak kecil. Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung menyebut penahanan massal itu “membingungkan” dan bisa membuat investor ragu membangun pabrik di AS.
Proyek pabrik baterai senilai 4,3 miliar dolar AS (sekitar Rp 70 triliun) di Georgia langsung terhenti, padahal ditargetkan menciptakan 8.500 lapangan kerja. Sedikitnya 22 proyek lain di sektor otomotif, baja, dan semikonduktor juga tertunda.
Ryu Yongwook, asisten profesor di Lee Kuan Yew School of Public Policy, menilai kebijakan imigrasi Trump kontradiktif dengan ambisinya menarik investasi.
Baca Juga:
Pengiriman 26 Pekerja Migran Ilegal ke Malaysia Digagalkan Polda Sumut
“Kebijakan imigrasi Trump dan dorongan untuk investasi asing yang lebih besar tidak boleh bertentangan,” ujarnya.
Sebagai jalan keluar, Korea Selatan meminta AS memperjelas aturan visa dan mempertimbangkan kategori baru khusus teknisi. Menteri Luar Negeri Cho Hyun mengumumkan pembentukan kelompok kerja bersama untuk membahas kuota visa dan prosedur yang lebih mudah.
Landau menegaskan bahwa ke depan, para pekerja Korea Selatan tidak akan menghadapi hambatan bila kembali masuk ke AS, dan pembicaraan visa akan dipercepat demi kepastian kedua belah pihak.