WAHANANEWS.CO, Jakarta - Penolakan Amerika Serikat terhadap permintaan pembelian jet tempur siluman F-35 Lightning II oleh sejumlah negara, termasuk Indonesia, kembali menjadi sorotan tajam.
Banyak pihak mengira bahwa AS akan menjual jet tempur canggih tersebut demi keuntungan finansial semata.
Baca Juga:
Media Asing Terkejut: Indonesia Jadi ‘Pembeli Besar-besaran’ Jet Tempur Dunia
Namun, realitasnya jauh lebih kompleks, menyangkut aspek geopolitik, keamanan teknologi, hingga keberpihakan terhadap sekutu strategis seperti Israel.
Sebagaimana dilaporkan Simple Flying, Senin (14/7/2025), berikut ini daftar negara yang ditolak untuk membeli F-35 beserta alasan utamanya:
Uni Emirat Arab – Penggunaan teknologi Huawei 5G China dan pertimbangan untuk menjaga keunggulan militer Israel.
Baca Juga:
Detik-detik F-35 Israel Dihantam Rudal Iran, Viral di Media Sosial
Qatar – Demi mempertahankan superioritas militer Israel.
Turki – Membeli sistem rudal S-400 Rusia dan demi Israel.
Mesir – Alasan keamanan untuk Israel.
Arab Saudi – Sama, demi keunggulan militer Israel.
Thailand – Dinilai terlalu dekat dengan China.
Taiwan – Ketakutan soal spionase China dan memicu konflik.
Indonesia – Kekhawatiran terhadap kemampuan finansial dan isu keamanan, termasuk penggunaan jet Rusia dan jaringan 5G Huawei.
F-35 bukanlah sekadar pesawat tempur, tetapi simbol kemitraan strategis dalam lingkaran sekutu dekat Washington.
Bahkan negara sekutu seperti Turki pun dikeluarkan dari program F-35 pada 2019 akibat nekat membeli sistem pertahanan Rusia.
Padahal Turki sempat memesan 100 unit dan membayar USD1,4 miliar. Produksi jet sempat berjalan, dan pilotnya sudah menjalani pelatihan di AS. Namun semua dihentikan.
Kondisi ini menjadi pelajaran penting, termasuk bagi Indonesia. Setelah membatalkan pembelian Su-35 Rusia karena tekanan AS, Indonesia berniat membeli F-35. Namun, permintaan tersebut ditolak.
AS berdalih daftar tunggu panjang dan harga tinggi. Namun, sejumlah analis menduga alasan utamanya adalah kekhawatiran terhadap relasi strategis Indonesia–China.
Demi menjaga keunggulan Israel, AS bahkan membuat Undang-Undang Kemitraan Strategis AS-Israel pada 2014 yang mengharuskan semua ekspor senjata dipertimbangkan dari kacamata keamanan Israel.
Negara-negara Timur Tengah, walau sekutu AS, tetap masuk daftar tolak karena faktor ini.
Sebaliknya, AS dengan terbuka menjual F-35 ke negara sekutu dekat seperti Jepang, Australia, dan Korea Selatan.
Sementara negara seperti Maroko, yang jauh dari kawasan konflik dan memiliki sejarah hubungan erat dengan AS, justru berpeluang besar memperoleh jet siluman ini.
Meski begitu, sejumlah negara yang gagal mendapatkan F-35 kini mengalihkan perhatian ke alternatif dari China atau mengembangkan jet tempur sendiri, seperti yang dilakukan Turki dengan proyek TAI Kaan.
Penolakan terhadap Indonesia memperlihatkan bagaimana kebijakan ekspor senjata AS bukan sekadar soal uang, tetapi sangat ditentukan oleh peta aliansi dan potensi risiko keamanan jangka panjang.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]