WahanaNews.co | Amerika Serikat (AS) menyebut salah satu pemicu lonjakan kasus di China adalah kurangnya data urutan genom virus yang dilaporkan China secara transpararan.
Karenanya, pelancong yang datang dari China wajib melakukan tes Covid bagi pelancong. Selain didasarkan pada sains, kewajiban ini dipicu kurangnya transparansi Beijing terhadap lonjakan kasus.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Sebelumnya, China pada Selasa (3/1/2023) pagi mengecam sejumlah negara yang mewajibkan pendatang dari "Negeri Panda" melakukan tes Covid-19. Beijing menyebutkan, kebijakan itu tidak dapat diterima.
AS mulai Kamis (5/1/2023) mengharuskan penumpang pesawat berusia 20 tahun ke atas dari China menunjukkan hasil tes Covid negatif sebelum memasuki "Negeri Paman Sam".
"Ini pendekatan yang semata-mata dan secara eksklusif berdasarkan sains," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price kepada wartawan, dikutip dari kantor berita AFP dan dilansir dari kompas.com.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Price menambahkan, aturan tersebut dibuat berdasarkan masalah kesehatan masyarakat karena lonjakan kasus di China, kurangnya data urutan genom virus secara transpararan yang dilaporkan China.
Price kemudian menegaskan kembali bahwa AS siap berbagi vaksin Covid-19 dengan China.
China gencar mempromosikan vaksinnya sendiri di luar negeri, tetapi menurut para pakar kesehatan internasional kurang efektif.
Lonjakan Covid di China terjadi mulai Desember 2022 sejak tiba-tiba melonggarkan kebijakan nol Covid-nya yang ketat, menyusul protes publik yang jarang terjadi atas lockdown besar-besaran. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.