WahanaNews.co | Satu dekade yang lalu, hanya sedikit yang diketahui mengenai Xi, terlepas dari fakta bahwa dia adalah seorang "pangeran karena ayahnya merupakan salah satu pemimpin revolusioner China.
Seperti dilansir dari detikcom, garis keturunan itu membantunya memenangkan dukungan dari para tetua partai, yang berperan penting membawanya menguasai Partai Komunis China (PKC), karena para pemimpin ini sering kali masih memiliki pengaruh politik bahkan setelah pensiun.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
"Sebelum diangkat, Xi Jinping dianggap sebagai sosok yang bisa berkompromi dengan semua orang," kata Joseph Fewsmith, pakar politik elite China di Universitas Boston.
Tetapi 10 tahun kemudian, otoritas Xi tampaknya tidak perlu dipertanyakan lagi, dan kekuatannya tidak tertandingi. Bagaimana itu bisa terjadi?
Kekuatan politik tumbuh dari laras senjata
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Mao Zedong, bapak pendiri China Komunis, pernah mengatakan, "Kekuatan politik tumbuh dari laras senjata."
Setelah berdirinya Republik Rakyat China pada 1949, Mao memastikan bahwa partai lah yang mengendalikan Tentara Pembebasan Rakyat (TPR), bukan negara. Sejak itu, pemimpin PKC juga menjadi ketua Komisi Militer Pusat (KMP).
Xi lebih beruntung dibandingkan pendahulunya, Hu Jintao, karena dia langsung menjadi ketua KMP.
Dia juga tidak membuang-buang waktunya dan segera menyingkirkan oposisi di dalam angkatan bersenjata.
Episode paling mengejutkan terjadi pada 2014 dan 2015, ketika mantan Wakil Ketua KMP Xu Caihou dan mantan Jenderal TPR Guo Boxiong dituduh korupsi.
"Mereka sudah pensiun ketika tuduhan itu muncul, tapi kemampuan Xi menargetkan mereka mengurangi pengaruh lama mantan pemimpin China Jiang Zemin di TPR," kata Joel Wuthnow, seorang rekan senior di Universitas Pertahanan Nasional yang didanai oleh Pentagon.
"Itu juga mengirim sinyal kuat kepada para perwira militer yang masih aktif bahwa tidak ada orang yang melawan kendali Xi yang kebal dari bahaya," tambahnya.
Pada 2015, Xi juga merombak struktur militer. Dia menutup empat markas militer staf, politik, logistik dan persenjataan lalu menggantinya dengan 15 badan yang lebih kecil.
Struktur baru itu memungkinkan KMP memerintah langsung berbagai cabang militer, bahkan sampai auditor keuangan harus melapor langsung ke KMP, jelas Wuthnow.
Hal-hal itu menjadi semacam desakan untuk kesetiaan mutlak kepada Xi, yang masih terus ditegaskan sampai saat ini.
Bulan lalu, Peoples Liberation Army Daily surat kabar militer resmi negara itu menerbitkan artikel yang menekankan bahwa KMP memegang komando secara keseluruhan.
"Pesan itu membantu menangkal tendensi apa pun yang mungkin berkembang di militer untuk membangun loyalitas terhadap pemimpin senior TPR yang suatu hari nanti mungkin saja menentang Xi," kata Timothy Health, peneliti senior pertahanan internasional di lembaga think tank AS, RAND.
"Loyalitas kepada partai berarti TPR diharapkan untuk melaksanakan setiap perintah untuk mempertahankan partai, dan Xi khususnya, tetap berkuasa."
Kesetiaan adalah yang utama
Setelah mengamankan "laras senapan, penting untuk memastikan "pisau, yakni aparat keamanan internal, di bawah kendali penuh.
Dua tahun setelah Xi berkuasa, pihak berwenang mengonfirmasi penangkapan seseorang yang dijuluki "harimau, yakni mantan kepala keamanan domestik Zhou Yongkang karena korupsi.
Zhou terkait erat dengan Bo Xilai, "pangeran" lain yang merupakan saingan Xi.
Investigasi itu memicu kekagetan politik karena merusak aturan tidak tertulis bahwa anggota Komite Tetap Politburo, sebagai badan pembuat keputusan paling kuat, tidak akan dikenakan hukuman pidana.
"Xi Jinping ternyata adalah politisi brilian yang kejam yang secara sabar bangkit melalui sistem sampai memanfaatkan momennya untuk memerintah," kata analis senior China dari Eurasia Group, Neil Thomas.
"Para senior partai komunis yang mendukung kebangkitan Xi kemungkinan terkejut dengan kecepatan dan skala perebutan kekuasaannya."
Pengamat mengatakan kampanye anti-korupsi yang menjadi andalan Xi juga dimanfaatkan untuk menyingkirkan saingan politiknya dan faksi lain di dalam partai.
Dalam satu dekade terakhir, lebih dari 4,7 juta orang telah diselidiki oleh lembaga antikorupsi.
"Dalam dua tahun terakhir, Xi lebih jauh lagi membersihkan pejabat-pejabat keamanan yang mendukungnya naik ke tampuk kekuasaan," kata pakar politik di Universitas California, San Diego, Victor Shih.
"Sekarang badan keamanan dijalankan hampir secara eksklusif oleh pejabat-pejabat yang memiliki sejarah masa lalu dengan Xi dan yang mungkin dipercaya olehnya."
Xi juga telah menempatkan para loyalisnya di pos-pos regional yang penting, seperti sekretaris partai di kota-kota utama seperti Beijing, Shanghai dan Chongqing.
Posisi ini penting karena mereka bertanggung jawab "menafsirkan dan menerapkan arahan pusat di daerah-daerah yang berpenduduk jutaan orang," kata Thomas.
Menurut Thomas, setidaknya 24 dari 31 sekretaris partai tingkat provinsi adalah rekan politik Xi, yang sebelumnya mengenal keluarganya, bersekolah dengannya, bekerja di bawahnya, atau bekerja untuk salah satu sekutu dekatnya.
Sementara itu, hampir semua dari 281 anggota komite tetap provinsi dipromosikan oleh Xi, menurut data yang dihimpun Wu Guoguang, seorang profesor politik di Universitas Victoria Kanada.
Membangun persona
Pada 2018, "Pemikiran Xi Jinping tentang Sosialisme dengan Karakteristik China untuk Era Baru diabadikan dalam konstitusi negara itu."
Memiliki ideologi yang dinamai atas namanya menjadi memperkuat warisan Xi.
Sebelum Xi, hanya Mao Zedong yang mencapai titik ini. Bahkan Deng Xiaoping, yang dikenal sebagai arsitek modernisasi Tiongkok, hanya memiliki "teori yang menggunakan namanya.
Sementara itu, pendahulu Xi, Jiang Zemin dan Hu Jintao tidak memiliki pemikiran atau teori apa pun yang melekat pada nama mereka.
Arti sebenarnya dari Pemikiran Xi Jinping masih bisa diperdebatkan, tapi menurut para analis bukan itu intinya ini adalah kekuatan.
"Pemikiran Xi utamanya ditujukan untuk memperkuat legitimasi dan kekuasaan Xi di atas siapa pun di Partai Komunis China dan di negara itu. Ini adalah bagian dari pengkultusan terhadap sosok baru yang mengaitkan Xi dengan Mao dan kaisar-kaisar China yang paling berjaya dan sukses di masa lampau," kata Jean-Pierre Cabestan, profesor emeritus ilmu politik di Universitas Baptis Hong Kong.
Puluhan universitas dan institusi, termasuk Universitas Peking dan Universitas Tsinghua yang bergengsi, mendirikan pusat penelitian atas nama Xi, menurut surat kabar Hong Kong Ming Pao.
Pada Agustus, Kementerian Pendidikan meluncurkan rencana untuk mempromosikan Pemikiran Xi Jinping dalam kurikulum nasional.
Sebelumnya pada 2019, sebuah aplikasi seluler bernama Xuexi Qiangguo yang secara harfiah berarti "Belajar dari Xi, Perkuat negara yang berisi kuis-kuis tentang Pemikiran Xi Jinping diluncurkan.
Xi percaya "dia memiliki ideologi yang benar dan semua orang harus menerimanya," kata Andrew Nathan, seorang profesor ilmu politik di Universitas Columbia.
"Setiap kali Mao mengambil posisi kebijakan, semua orang harus mengikuti, dan itu juga berlaku untuk Xi." [JP]