WAHANANEWS.CO, Jakarta - Perang terbuka kembali pecah antara Thailand dan Kamboja di sepanjang perbatasan sejak Kamis (24/7/2025), menandai babak baru dalam konflik panjang terkait sengketa kuil suci Preah Vihear.
Ketegangan yang sebelumnya hanya berupa adu argumen diplomatik kini berubah menjadi baku tembak, yang hingga Jumat (25/7/2025) siang telah menewaskan sedikitnya 15 orang—satu dari pihak Kamboja dan 14 dari pihak Thailand.
Baca Juga:
Buntut Bentrokan, Kamboja Serahkan Sengketa Perbatasan ke Mahkamah Internasional
Namun di balik dentuman senjata dan klaim wilayah, pertanyaan penting menyeruak: siapa sebenarnya yang lebih unggul dalam kekuatan militer?
Dari segi jumlah personel, Thailand jauh di atas angin dengan sekitar 360.000 tentara aktif dan cadangan, termasuk pasukan elite seperti Navy SEAL dan Royal Thai Special Forces.
Sementara Kamboja hanya memiliki sekitar 125.000 personel, didominasi pasukan darat dan paramiliter, dengan pasukan elit seperti Hun Sen Bodyguard dan RCAF Special Command.
Baca Juga:
Thailand-Kamboja Bentrok, Dua Pos Perbatasan Ditutup Sementara
Secara anggaran, Thailand juga memimpin telak dengan bujet militer mencapai USD 7 miliar atau sepuluh kali lipat dari anggaran militer Kamboja yang hanya sekitar USD 680 juta.
Meski proporsi PDB Kamboja untuk militer lebih besar, ketimpangan nilai mutlak anggaran sangat berpengaruh terhadap kualitas persenjataan, pelatihan, dan logistik.
Dari sisi kekuatan udara, Thailand tampil dominan. Negara ini mengoperasikan puluhan jet tempur seperti F-16A/B dan JAS 39 Gripen, helikopter serbu, serta drone tempur canggih seperti CH-4 dan Hermes 450.
Sebaliknya, Kamboja belum memiliki jet tempur dan hanya mengandalkan helikopter serta beberapa drone buatan China.
Di laut, kekuatan Thailand bahkan jauh lebih mencolok. Thailand mengoperasikan kapal induk HTMS Chakri Naruebet (meski tidak aktif), sejumlah kapal frigat, korvet, kapal selam HTMS Chang, serta kekuatan marinir sekitar 25.000 personel.
Sebaliknya, Kamboja hanya punya 12 kapal patroli ringan dan sekitar 3.000 marinir.
Kelebihan strategis Thailand diperkuat oleh aliansi militer yang kokoh, termasuk hubungan dengan Amerika Serikat melalui latihan gabungan seperti Cobra Gold, serta kerja sama pertahanan dengan China dan Korea Selatan.
Sementara Kamboja cenderung bergantung pada dukungan Tiongkok dan Rusia, terutama dalam pengadaan drone dan rudal jarak pendek.
Meski begitu, Kamboja menunjukkan tekad mempertahankan wilayah yang dianggapnya sah.
Tapi jika berbicara soal kekuatan militer secara keseluruhan, Thailand masih unggul di hampir semua lini, baik darat, laut, maupun udara.
Pertempuran di sekitar kuil Preah Vihear ini mungkin menjadi ujian ketahanan bagi Kamboja yang tengah membenahi militernya, dan sekaligus menjadi peringatan bahwa konflik sejarah bisa kapan saja berubah menjadi perang terbuka.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]