WahanaNews.co, Charleston - Seperti umumnya anak kecil, Mikaila Ulmer memiliki rasa ingin tahu yang besar. Ketika dia melihat hewan berukuran kecil yang terbang dengan suara berdengung, yang tampaknya menarik perhatiannya, anak berusia empat tahun ini dengan antusias memegangnya.
Namun, nasib buruk menimpanya saat dia tersengat dan tangannya bengkak. Tangisan kesakitan tak terhindarkan.
Baca Juga:
Netizen Sebut Mahfud MD Tak Bisa Bedakan Lebah Madu dan Tawon
Beberapa hari kemudian, hewan yang sama lagi-lagi menyengatnya. Tangisannya kembali terdengar, dan rasa sakit merasuki dirinya untuk kedua kalinya. Akibatnya, dia menjadi sangat takut terhadap hewan tersebut dan menaruh perasaan benci.
Namun, seiring berjalannya waktu, Mikaila tumbuh dewasa. Pada usia sepuluh tahun, dia mulai merasa penasaran dengan hewan yang pernah menyakitinya tersebut.
Dia terobsesi dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Mengapa tawon bisa menyakiti tangannya? Mengapa rasa sakit dari sengatan tawon begitu hebat? Mengapa tawon membangun sarang madu?
Baca Juga:
Dua Terduga Perampas Ponsel Remaja Penjual Madu Dicokot Polisi, Satu Dihadiahi Timah Panas
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Mikaila mulai mencari tahu dari orang tua, guru-gurunya, mengambil pengetahuan dari buku, dan mengandalkan pencarian di mesin pencari Google.
Melalui proses ini, dia mulai memahami jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Hasilnya, perasaan benci terhadap tawon perlahan-lahan berubah menjadi rasa cinta.
"Saya menjadi terpesona dan mempelajari semua tentang apa yang mereka lakukan untuk saya dan ekosistem kita," kata Mikaila dalam laman resminya.
Dalam perjalanan yang singkat, keluarga Mikaila mendorongnya untuk berpartisipasi dalam kompetisi bisnis untuk anak-anak pada tahun 2010. Saat dia merencanakan presentasinya di panggung, Mikaila mulai berpikir tentang jenis bisnis yang ingin dia tawarkan.
Ide itu muncul ketika dia ingat resep minuman lemon dari neneknya, Helen, yang tinggal di Carolina Selatan.
Neneknya secara kebetulan mengirimi buku masak keluarga dengan resep minuman lemon di dalamnya. Namun, Mikaila merasa bahwa minuman sari lemon saja terlalu umum.
Itulah saat dia teringat tentang tawon yang menghasilkan madu. Dari sana, dia memutuskan untuk mencampurkan madu dari sarang tawon ke dalam minuman lemon.
Mikaila kemudian memberi nama bisnis minumannya 'Be Sweet Lemonade', yang kemudian diubah menjadi 'Me & the Bees Lemonade'.
Ketika berkompetisi dalam acara bisnis, dia tidak hanya mempresentasikan minumannya, tetapi juga berbicara tentang filantropi.
Di hadapan para juri, Mikaila menjelaskan bahwa sebagian dari penjualan produknya akan didedikasikan untuk menyelamatkan tawon dan mendukung yayasan lokal dan internasional.
Dalam kejutan tak terduga, ide unik Mikaila memenangkan kompetisi bisnis dan dia meraih tempat pertama. Sejak itu, baik Mikaila maupun konsep bisnisnya menjadi terkenal. Dia mulai mengambil bisnisnya lebih serius dengan menjual minumannya di depan rumahnya.
Seiring berjalannya waktu, pada usia 15 tahun, bisnisnya berkembang pesat setelah menerima investasi dari acara "Shark Tank". Investor memutuskan untuk berinvestasi sebesar Rp 116 miliar. Dari titik ini, bisnis minuman Mikaila semakin berkembang.
Setelah itu, produknya tidak hanya dijual di depan rumahnya, tetapi juga tersedia di supermarket di seluruh Amerika Serikat. Bahkan, ia berhasil memperluas pasar ke 55 lokasi baru di empat negara yang berbeda.
Saat ini, berkat bisnis minuman lemon madunya, Mikaila, yang sekarang berusia 18 tahun, diperkirakan memiliki kekayaan bersih antara US$1-5 juta atau sekitar Rp 15-75 miliar.
Dengan pendapatan yang fantastis untuk anak seusianya, dia dijuluki "perempuan satu juta dolar". Selain itu, dia selalu menyisihkan 20% dari pendapatannya untuk tujuan amal.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]