WahanaNews.co | Komentar Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (17/3/2022) makin tajam, dengan menyebutnya sebagai "diktator" dan "penjahat".
Pernyataan keras itu muncul hanya sehari setelah Biden menyebut Putin sebagai "penjahat perang."
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
AS dan sekutunya berdiri bersama melawan Putin, yang adalah “seorang diktator pembunuh, preman murni yang mengobarkan perang tidak bermoral melawan rakyat Ukraina,” tegas Biden pada Kamis (17/3/2022), di acara tahunan Friends of Ireland Luncheon, dilansir RT.com.
Pernyataan Biden datang hanya sehari setelah dia memberi tahu seorang reporter di Gedung Putih bahwa dia menganggap Putin adalah penjahat perang, setelah awalnya menjawab dengan negatif.
Kremlin menanggapi bahwa pernyataan seperti itu “tidak dapat diterima dan tidak dapat dimaafkan,” mengingatkan presiden Amerika tentang bom AS yang menewaskan “ratusan ribu orang di seluruh dunia.”
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Pemimpin AS berusia 79 tahun itu menyebut pemimpin Rusia itu sebagai "pembunuh" dalam wawancara Maret 2021.
Sebelum itu, pada beberapa kesempatan, Biden mengklaim bahwa dia telah memberi tahu Putin bahwa dia “tidak punya jiwa” selama pertemuan pada 2011, sesuatu yang menurut Kremlin tidak pernah terjadi.
Dalam sambutannya pada Kamis, Biden tampaknya mengulangi klaim lain yang telah dia buat beberapa kali sebelumnya, bahwa Putin dan Presiden Xi Jinping dari China adalah otokrat yang mengancam demokrasi secara global.
Bercanda tentang panggilan teleponnya yang akan datang dengan pemimpin China, Biden mengatakan Xi “mengingat semua yang saya katakan.”
“Semua bercanda,” lanjut Biden, Xi “tidak percaya demokrasi dapat dipertahankan di abad ke-21.” [qnt]