Setahun kemudian, ia mendirikan Prince Group yang berfokus pada bisnis properti dan terus memperluas usaha ke bidang perbankan, penerbangan, serta pariwisata.
Pada 2018, Chen meluncurkan Prince Bank dan menggagas megaproyek futuristik “Bay of Lights” di Sihanoukville senilai 16 miliar dollar AS atau sekitar Rp 265,7 triliun.
Baca Juga:
Kemen PPPA Perkuat Sinergi dan Kolaborasi Multipihak untuk Pencegahan TPPO
Dua tahun berselang, ia dianugerahi gelar kehormatan tertinggi di Kamboja, Neak Oknha, setelah menyumbangkan setengah juta dollar AS atau sekitar Rp 8,3 miliar kepada pemerintah.
Namun, di balik citra dermawan dan sukses itu, Chen ternyata menjalin hubungan erat dengan lingkaran elite politik Kamboja, termasuk keluarga mantan Perdana Menteri Hun Sen, sekaligus menjadi penasihat bagi Menteri Dalam Negeri.
Penyelidikan gabungan Amerika Serikat dan Inggris mengungkap bahwa di balik kekayaan Chen terdapat praktik kriminal berskala global yang melibatkan perdagangan manusia, pemerasan, dan pencucian uang.
Baca Juga:
Aroma Kopi Specialty Indonesia Catatkan Potensi Transaksi Rp306,04 Miliar
Setelah Kamboja melarang perjudian daring pada 2019, banyak kasino tutup, tetapi Chen justru memperluas bisnisnya dan membeli properti mewah di London serta New York, termasuk lukisan Picasso yang digunakan sebagai sarana pencucian uang.
Pemerintah AS dan Inggris telah menjatuhkan sanksi terhadap 128 perusahaan dan 17 individu yang terafiliasi dengan Prince Group, serta menemukan bukti penggunaan perusahaan cangkang dan dompet kripto untuk memindahkan hasil penipuan.
Dokumen sanksi juga menyebut keterlibatan jaringan Chen dalam kejahatan berat lain, seperti eksploitasi anak di bawah umur dan penyiksaan terhadap pekerja paksa di kompleks penipuan di Kamboja.