WAHANANEWS.CO - Ketegangan diplomatik antara China dan Jepang meningkat setelah Beijing menyerukan warganya agar tidak bepergian ke Jepang menyusul protes atas pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi yang pada 7 November (07/11/2025) membuka kemungkinan keterlibatan Tokyo jika pecah konflik antara China dan Taiwan.
Dilansir AFP, Sabtu (15/11/2025), komentar Takaichi tersebut ditafsirkan luas sebagai sinyal bahwa serangan China terhadap Taiwan dapat memicu respons militer Jepang, mengingat jarak Taiwan dengan pulau Jepang terdekat hanya sekitar 100 kilometer.
Baca Juga:
Warga Pakpak Bharat Sambut Hangat Kehadiran Prajurit Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 906/Slg
Pada Jumat (14/11/2025), Beijing mengatakan telah memanggil duta besar Jepang untuk meminta klarifikasi, sementara Tokyo mengaku juga memanggil duta besar China buntut unggahan daring “tidak pantas” yang kemudian dihapus.
Kedutaan Besar China di Jepang melalui unggahan WeChat pada Jumat malam waktu Beijing memperingatkan warganya agar menunda perjalanan ke Jepang.
"Baru-baru ini, para pemimpin Jepang telah melontarkan pernyataan yang terang-terangan provokatif mengenai Taiwan, yang sangat merusak suasana komunikasi antarmasyarakat," demikian bunyi unggahan tersebut.
Baca Juga:
Hari Internasional Pencegahan Kejahatan Terorganisir Ingatkan Ancaman Jaringan Kriminal Global
Unggahan itu menyebut kondisi saat ini menimbulkan "risiko signifikan bagi keselamatan pribadi dan nyawa warga negara China di Jepang".
"Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar serta Konsulat China di Jepang dengan sungguh-sungguh mengingatkan warga negara China untuk menghindari perjalanan ke Jepang dalam waktu dekat," lanjut pernyataan itu.
Beijing kembali menegaskan sikapnya bahwa Taiwan—yang pernah diduduki Jepang hingga 1945—adalah bagian dari wilayah China, dan tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan untuk mengambil alih kendali.