WahanaNews.co | Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pemerintah Beijing, China, untuk membuka akses menuju gua kelelawar dan peternakan penangkaran satwa liar di provinsi Hubei.
Mereka berharap dalam pemeriksaan kali ini bisa menjelajah ke Enshi untuk mencari asal-usul Covid-19. Namun, Beijing menolak permintaan itu.
Baca Juga:
Fakta-Fakta Seputar Virus Nipah yang Wajib Diketahui
Ada apa dengan Enshi?
Enshi merupakan salah satu kota di China. Sebelumnya, wartawan di China mengklaim bahwa sebanyak enam pasar basah di Enshi telah ditutup pada Maret 2020, tepat sebelum COVID-19 melanda seluruh dunia.
Baca Juga:
Seperti Bayi Manusia, Anak Kelelawar Juga Belajar Mengoceh
Tetapi, kabar lainnya menyebut pasar mulai ditutup di kota itu pada 23 Desember 2019, hanya berjarak delapan hari sebelum Beijing pertama kali mencatat kasus virus tersebut. Menurut seorang pedagang ayam yang bekerja di sebuah pasar di kota Enshi, aturan yang diberlakukan sangat ketat dan tidak diperbolehkan menjual hewan liar lagi.
"Aturannya sangat ketat sekarang, jadi Anda tidak akan melihat hewan liar lagi. Ada beberapa di sekitar sini sebelumnya, tidak banyak, tetapi Anda bisa menemukannya," tuturnya yang dikutip dari Express UK, Selasa (12/10/2021).
Selain itu, disebutkan juga ada 290 peternakan di Enshi ditutup selama pandemi. Peternakan itu diketahui mampu menampung sekitar 450 ribu hingga 780 ribu hewan. Enshi juga menjadi salah satu penyumbang satwa liar yang besar di China setelah Hubei.
Melihat ini, Profesor Michael Worobey dari University of Arizona mengatakan harus meneliti lebih lanjut virus yang disebut berasal dari kelelawar itu. Sebab, dikhawatirkan kedekatan antara hewan ternak dengan kelelawar itu menjadi salah satu penyebab menyebarnya COVID-19 hingga saat ini.
"Kami benar-benar perlu mencari tahu lebih banyak tentang virus apa yang beredar di kelelawar itu," kata Prof Worobey.
"Kedekatan hewan ternak dan kelelawar itu yang bisa membawa virus Corona adalah hal yang kami khawatirkan," pungkasnya. [dhn]