"Itu dibahas negara-negara anggota. Karena Rusia yang menyampaikan banyak kecurigaan, mereka masih ingat bagaimana Rusia berkonflik dengan Ukraina. Sehingga dukungan politis tidak didapatkan khususnya dari negara Barat," ungkap Tata.
Saat proses voting untuk resolusi Rusia, tiga DK PBB yakni AS, Inggris, Prancis, dan Jepang, menolak draf. Dengan demikian, resolusi tak berhasil diadopsi.
Baca Juga:
Masyarakat Global Kutuk Serangan Brutal Israel ke RS Al-Shifa
Setelah gagal mencapai kesepakatan, Brasil mengeluarkan resolusi yang lebih rinci dari Rusia pada 15 Oktober. Resolusi ini baru dibahas pada 18 Oktober.
DK PBB menggelar pertemuan di tanggal tersebut usai Israel menggempur Rumah Sakit Baptis Al Ahli di Gaza.
"Kalau kita lihat draf Brasil lebih rinci Brasil mencoba berusaha mengupayakan akomodasi posisi negara Barat. Namun, resolusi diveto oleh AS sehingga resolusi tak bisa diadopsi," ungkap Tata.
Baca Juga:
Geledah Basemen RS Al-Shifa Gaza, Pasukan Israel Kalap Tembaki Warga
Usai beragam upaya itu gagal, Indonesia sempat mengusulkan agar PBB menggelar sesi khusus di Sidang Majelis Umum. Mereka juga menyampaikan gagasan ini ke Organisasi Kerja sama Islam (OKI), Liga Arab, hingga Palestina.
Kemudian pada 19 Oktober, Liga Arab, OKI, mengirim surat ke PBB untuk menggelar sesi khusus. RI juga melakukan langkah serupa dengan menggandeng negara anggota ASEAN yang non-OKI.
PBB lantas membalas surat dan menerima permintaan tersebut. Pada 26 Oktober, PBB akan menggelar sesi darurat khusus bahas Gaza.