Kemudian pada 9 Oktober, Israel mengumumkan blokade total Jalur Gaza. Mereka melarang bantuan kemanusiaan seperti makanan, bahan bakar, hingga obat-obatan masuk ke wilayah itu.
Situasi pun kian buruk di Gaza. DK PBB lantas menggelar pertemuan tertutup pada 13 Oktober. Di rapat ini, Brasil menginisiasi pertemuan secara terbuka, tetapi ada anggota lain yang menolak, sehingga pertemuan berlangsung secara tertutup.
Baca Juga:
Masyarakat Global Kutuk Serangan Brutal Israel ke RS Al-Shifa
Sekretaris Jenderal PBB sampai-sampai turun tangan memberi pengarahan di pertemuan tersebut karena perbedaan posisi negara anggota DK.
"Ini menunjukkan semakin serius situasi di Gaza sehingga Sekjen PBB langsung harus memberi pengarahan agar ada gambaran situasi penuh diterima anggota DK PBB," ujar Tata.
Sekjen PBB menekankan penghentian perang segera, pembukaan koridor kemanusiaan, dan semua pihak menghormati hukum internasional.
Baca Juga:
Geledah Basemen RS Al-Shifa Gaza, Pasukan Israel Kalap Tembaki Warga
Di rapat kedua ini, Tata mengatakan posisi anggota DK PBB mulai terlihat berbeda. Misalnya, Amerika Serikat yang semakin kencang mendukung Israel.
Pada 13 Oktober pula, Rusia mengusulkan draf resolusi singkat yang berisi gencatan senjata segera, pembebasan sandera, dan pemberian batuan kemanusiaan.
Lebih lanjut, Tata menjelaskan bahwa banyak negara berkembang mendukung resolusi tersebut termasuk Indonesia.