WahanaNews.co, Gaza - Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh tampak terisak dan emosional saat membicarakan tragedi anak-anak yang menjadi korban tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober dalam rapat kabinet pada Senin (6/11/2023).
Dalam video yang disiarkan oleh Sky News, Shtayyeh terlihat terbata-bata dan sesekali menangis saat berbicara tentang anak-anak di Gaza yang harus menulis nama mereka di tubuh mereka sendiri karena takut tidak bisa diidentifikasi jika mereka tewas akibat serangan Israel.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Ini menggambarkan bahwa sebagian anak-anak di Gaza sudah merasa putus asa jika akhirnya mereka harus mati karena serangan Israel.
"Saya mendengar kisah seorang ibu yang memiliki tiga anak yang terkubur di bawah puing-puing bangunan yang dihancurkan oleh serangan Israel, dan dia berkata kepada anak-anaknya: 'Biarkan aku melihat kalian, bahkan dalam mimpi saja'," kata Shtayyeh sambil meneteskan air mata.
Dalam pidatonya, Shtayyeh juga menyinggung tentang Israel yang telah menonaktifkan Menteri Warisan Budaya, Amihay Eliyahu, yang pernah mengajukan pertanyaan tentang kemungkinan penggunaan bom nuklir di Gaza.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Shtayyeh mengatakan bahwa Eliyahu dan pejabat Israel tampaknya tidak cukup terpengaruh oleh kematian lebih dari 10 ribu warga Palestina di Gaza akibat serangan mereka sejak 7 Oktober.
"Seolah-olah dia menginginkan agar tragedi seperti Hiroshima terjadi di Gaza. Sepertinya dia ingin melihat tindakan genosida dengan penggunaan bom nuklir oleh Israel," ujar Shtayyeh seperti yang dilaporkan oleh SkyNews.
Jumlah korban tewas akibat agresi Israel yang brutal di Jalur Gaza, Palestina, selama satu bulan terakhir telah melampaui jumlah korban tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina yang terjadi pada tahun 2022.