WahanaNews.co | Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan Ukraina dan Rusia telah meneken kesepakatan yang memungkinkan ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam. Kesepakatan itu ditandatangai di Istanbul, Turki.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov menandatangani perjanjian terpisah, tapi bersama pejabat PBB dan Turki untuk membuka kembai rute pengiriman Laut Hitam.
Baca Juga:
Jokowi Katakan Harga Gandum dan Pupuk Naik Imbas Perang Ukraina dan Rusia
Kedua negara yang berseteru itu akhirnya sepakat setelah menjalani negosiasi berbulan-bulan yang juga dimediasi Turki dan PBB.
Seperti diberitakan CNN pada Jumat (22/7), kesepakatan itu bertujuan melanjutkan biji-bijian dari pelabuhan Ukraina yang dalam lima bulan terakhir diblokir karena berkonflik dengan Rusia.
Sergei Shoigu mengatakan ada persyaratan untuk pembukaan kembali ekspor biji-biji dari Ukraina dalam beberapa hari ke depan. Rusia juga disebut tidak akan mengambil keuntungan dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina.
Baca Juga:
PBB Ingatkan Dunia Terancam Kelaparan Imbas Rusia Serang Lumbung Pangan Ukraina
"Hari ini kami memiliki semua prasyarat dan semua solusi untuk memulai proses dalam beberapa hari mendatang," kata Shoigu, seperti diberitakan AFP.
"Kami telah melakukan kewajiban ini," katanya mengenai tidak akan mengambil keuntungan dari pelabuhan Ukraina.
"Selain itu, tanggal yang sangat spesifik ditunjukkan di sana, periode yang tepat untuk semua ini akan dilakukan."
Kesepakatan tersebut diharapkan dapat meredakan krisis pangan global yang membuat jutaan orang menghadapi kelaparan.
Pada kunjungan ke Teheran awal pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Barat juga harus menghapus pembatasan ekspor gandum Rusia.
Intervensi militer Rusia di Ukraina telah menghambat pengiriman dari salah satu pengekspor gandum dan biji-bijian terbesar di dunia, memicu kekhawatiran akan kekurangan pangan global.
Sejak pelabuhan Ukraina ditutup, pasokan bahan pangan dunia mulai berkurang. Harga gandum, misalnya, melonjak drastis.
Tetapi, Rusia membantah bertanggungjawab atas memburuknya krisis pangan dunia. Sebaliknya, Rusia malah menyalahkan sanksi negara Barat karena memperlambat ekspor makanan dan pupuk. [tum]