WahanaNews.co | Pihak keamanan Rusia mengamankan sebanyak 850 orang yang terlibat dalam sejumlah aksi demonstrasi memprotes aksi negaranya menginvasi Ukraina, Kamis (24/2/2022) malam.
Ratusan orang itu ditangkap dari serangkaian aksi protes yang digelar di setidaknya 44 kota di seluruh Rusia.
Baca Juga:
Bom Truk Koyak Jembatan Krimea, Tiga Orang Tewas
Informasi penangkapan tersebut dilaporkan kelompok pemantau independen OVD-Info kepada CNN.
Rusia melarang kelompok demonstrasi yang berunjuk rasa tanpa izin.
Kendati demikian, sejumlah warga menggelar protes atas nama individu sebagai warga negara.
Baca Juga:
Soal Dialog Damai, Zelensky Minta Rusia Ganti Presiden Dulu
Pihak berwenang memperingatkan warga bahwa berpartisipasi dalam protes anti-perang dapat menyebabkan penuntutan dan tuntutan pidana.
Sebelumnya, Vladimir Putin berdalih apa yang dilakukan Moskow karena mereka tidak punya pilihan lain selain menyerang Ukraina untuk memastikan keamanan Rusia.
Hal itu disampaikan Putin beberapa jam setelah pasukannya melintasi perbatasan bekas tetangga Sovietnya.
"Apa yang terjadi membuat kami tidak punya pilihan," kata pemimpin Rusia itu.
"Kami tidak punya cara lain untuk melanjutkan," tambahnya.
Putin mengumumkan perintah operasi militer di wilayah Donbas yang terletak di timur Ukraina pada Kamis (24/2/2022) pagi, sekitar pukul 06.00 waktu setempat.
Tak lama setelah Putin mengumumkan operasi militer khusus ke Donbas, rentetan ledakan terjadi setidaknya pada tujuh kota di Ukraina, termasuk di Ibu Kota Kiev.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan, rudal Rusia telah menyerang basis militer Ukraina di beberapa kota termasuk di Kiev dan pasukan penjaga perbatasan.
Layanan perbatasan Ukraina juga melaporkan bahwa pasukan Rusia datang dari perbatasan di timur, Belarus di utara, dan Crimea yang terletak di selatan negaranya. [gun]