WahanaNews.co | Presiden
Haiti, Jovenel Moise, tewas dibunuh dalam serangan mendadak di rumah pribadinya
pada Rabu (7/7) dini hari.
Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan darurat di
Haiti setelah peristiwa pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, yang membawa
negara itu ke dalam krisis. Pertemuan direncanakan berlangsung pada Kamis, 8
Juli 2021.
Baca Juga:
Salah Satu dari 17 Kontainer Bantuan UNICEF Dijarah di Haiti
Dilansir dari AFP, Kamis (8/7/2021), pertemuan darurat
diminta oleh Amerika Serikat dan Meksiko, dan anggota tidak tetap Dewan.
Pertemuan akan diadakan secara tertutup.
Presiden Jovenel Moise, tewas dibunuh dalam serangan di
kediaman pribadinya pada Rabu (7/7) dini hari. Istrinya atau Ibu Negara Haiti,
Martine Moise, juga dilaporkan terkena tembakan, namun berhasil selamat.
Atas peristiwa pembunuhan itu, Claude Joseph selaku PM
interim Haiti, kini mengambil alih kepemimpinan sementara. Dia menuturkan bahwa
Martine terkena tembakan hingga mengalami luka-luka saat sekelompok orang
menyerbu kediaman kepresidenan Haiti pada dini hari, sekitar pukul 01.00 waktu
setempat.
Baca Juga:
Geng Bersenjata Serang Bandara Haiti: Pelarian Massal Narapidana Terjadi
Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat (AS) Bocchlt Edmond
menyebut pelaku yang membunuh Presiden Jovenel Moise adalah tentara bayaran
"profesional". Pelaku menyamar sebagai pasukan agen Drug Enforcement
Administration AS.
"Itu adalah serangan yang diatur dengan baik dan itu
adalah para profesional," kata Edmond kepada wartawan, seperti dilansir
dari AFP, Kamis (8/7).
"Kami memiliki video dan kami yakin itu adalah tentara
bayaran," tambahnya.
Dia mengatakan ibu negara, Martine Moise, yang terluka dalam
serangan itu, akan pergi ke Miami untuk perawatan medis. "Saya dapat
memberitahu Anda bahwa pengaturan yang diperlukan telah dibuat sejak pagi ini
untuk memindahkannya ke rumah sakit Miami," ucapnya.
Edmond mengatakan penyelidikan sedang dilakukan terhadap
keberadaan, motif, dan asal-usul para pembunuh. Dia menyebut pelaku yang
terekam berbahasa Spanyol diduga telah meninggalkan Haiti menuju Republik
Dominika, negara berbahasa Spanyol.
"Kami tidak tahu apakah mereka pergi," katanya.
"Jika mereka tidak berada di negara ini sekarang, hanya
ada satu cara bagi mereka untuk pergi dan itu adalah melalui perbatasan karena
tidak ada pesawat." [qnt]