China
Tentara: 1.040.000 personel
Tank: 6.300 unit
Artileri: 7.000 unit
Kapal induk: 2 operasional, beberapa masih dalam pembangunan
Kapal perang: 80 unit (32 kapal perusak dan 48 fregat)
Kapal selam: 56 unit, termasuk 9 kapal selam serangan nuklir dan 6 kapal selam rudal balistik
Pesawat tempur: 1.600 unit, termasuk 450 pesawat pengebom spesialis dan 400 pesawat angkut
Senjata nuklir: 350 unit hulu ledak (versi Stockholm International Peace Research Institute atau SIPRI)
Taiwan
Tentara: 88.000 personel
Tank: 800 unit
Artileri: 1.100 unit
Kapal induk: tidak punya
Kapal perang: 22 unit
Kapal selam: 2 unit kapal selam serang diesel
Pesawat tempur: 400 unit, termasuk 30 pesawat angkut
Senjata nuklir: tidak punya
Baca Juga:
Umur di Bawah 18 Tahun Akan Dilarang Live Streaming di TikTok
Terlepas dari keunggulan kekuatannya yang jelas, invasi ke Taiwan yang kemungkinan akan membutuhkan salah satu serangan amfibi terbesar dalam sejarah militer, tidak akan mudah bagi China.
Seiring dengan pembela Taiwan yang bercokol, Beijing dapat menghadapi kekuatan dari sekutu Taiwan seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Sementara militer AS, yang sejauh ini pendanaannya paling besar di dunia, hanya memiliki 30 personel militer di Taiwan, ia memiliki lebih dari 79.000 tentara yang ditempatkan secara permanen di Jepang dan Korea Selatan.
Baca Juga:
Obral Janji, Menlu Inggris Liz Truss Panaskan Bursa Calon PM Inggris
Amerika Serikat secara historis mempertahankan kebijakan "ambiguitas strategis" atas niatnya jika Taiwan diserbu China.
Namun, pada Oktober 2021 Presiden Joe Biden mengatakan AS memiliki "komitmen" untuk membela Taiwan, yang terletak hanya 81 mil dari pantai China pada titik terdekatnya.
Pernyataan itu kemudian diklarifikasi oleh Gedung Putih, yang menegaskan kebijakan AS tetap tidak berubah.