WahanaNews.co | Empat personel militer Myanmar dilaporkan tewas saat digempur oleh pasukan milisi yang mengatasnamakan Tentara Pembebasan Ta’ang (TNLA), di Namkham, negara bagian Shan, Rabu (5/1/2022).
Menurut keterangan penduduk lokal, usai saling serang, personel militer Myanmar menembakkan artileri ke anggota TNLA yang tengah beroperasi di dekat rumah sakit Namkham.
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
"Mereka menembakkan sekitar enam atau tujuh peluru artileri. Itu sangat keras dan kami mendengar sekitar lima atau enam warga sipil di dekat rumah sakit mengalami luka-luka," kata warga tersebut, seperti dikutip The Irrawady.
TNLA datang ke rumah sakit kota untuk mencari sesuatu atau seseorang, kata warga lokal itu. Namun, dia tak tahu persis apa yang mereka cari.
Media komunitas di Ta'ang, Shwe Pee Myay News Agency, mengatakan enam warga sipil dari Desa Hona terluka imbas tembakan pasukan junta.
Baca Juga:
Imbas Serangan Udara Junta Militer, 11 Warga Myanmar Tewas
Mereka di antaranya anak usia dua tahun, anak usia lima tahun, dua perempuan lansia berumur 60-an tahun.
Anak-anak itu mengalami luka di bagian kepala, bahu dan lengan mereka, sementara dua lansia terluka di bagian perut.
Pertempuran itu merupakan yang pertama kali antara pasukan junta dengan milisi etnis di tahun 2022.
Kedua belah pihak memang kerap bertempur sejak 2012. Namun, tahun lalu intensitas konflik di antara mereka berkurang.
TNLA merupakan anggota Aliansi Persaudaraan yang berbasis di timur laut Myanmar.
Anggota aliansi lainnya, Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar yang berbasis di Kokang, telah berulang kali bentrok dengan pasukan junta dalam beberapa pekan terakhir.
Sejak kudeta 1 Februari, TNLA sesekali bentrok dengan pasukan junta, serta dengan kelompok bersenjata etnis lain yang berbasis Shan.
Myanmar berada dalam krisis politik dan kemanusiann usai militer mengambil alih paksa kekuasaan pada 1 Februari lalu.
Sejak kudeta, beragam perlawanan muncul. Mulai dari gerakan pembangkangan sipil hingga pembentukan pasukan pertahanan rakyat.
Korban pun berjatuhan, karena junta tak segan membunuh siapa saja yang menentang kekuasaan mereka.
Sejauh ini, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) melaporkan 1.443 tewas dan 11.369 warga sipil ditangkap. [rin]