WAHANANEWS.CO, Jakarta - Duka mendalam menyelimuti dunia kemanusiaan. Seorang dokter yang menjadi suara terakhir dari reruntuhan Gaza kini telah gugur. Seruan pilunya masih menggema, meski tubuhnya kini tak bernyawa.
Di tengah tragedi itu, rakyat Indonesia bersatu dalam penolakan terhadap rencana normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.
Baca Juga:
Menembus Iron Dome dan THAAD, Rudal Haj Qassem Iran Jadi Mimpi Buruk Baru Israel
Media lokal Gaza melaporkan bahwa Marwan Al-Sultan, direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, tewas dalam serangan udara Israel.
Ia gugur bersama istrinya dan beberapa anggota keluarganya saat rumah mereka dihantam rudal di kawasan padat penduduk, belum lama ini.
Menurut laporan Al-Jazeera, Marwan merupakan sosok penting yang selama ini menjadi sumber informasi utama tentang kondisi warga sipil di Gaza, khususnya dari RS Indonesia, fasilitas kesehatan yang sempat dikepung dan dikosongkan secara paksa oleh militer Israel (IDF).
Baca Juga:
Iran Tak Lagi Percaya Diplomasi! Serangan Israel Justru Satukan Rakyat Iran
Sebelumnya, IDF menuduh Hamas menggunakan Rumah Sakit Indonesia sebagai basis aktivitas teroris dan menembaki pasukan Israel dari dalam area rumah sakit.
Namun, sejak beberapa pekan lalu, fasilitas tersebut sudah dalam kondisi kosong dan tak lagi beroperasi.
Dalam berbagai pernyataan sebelum wafatnya, Marwan Al-Sultan berulang kali menyerukan kepada dunia internasional, termasuk pemerintah Indonesia, untuk menjamin keselamatan tenaga medis.
Ia pun meminta agar Indonesia aktif mendesak Israel menghentikan serangan brutal dan mendorong terciptanya gencatan senjata.
Pesan terakhirnya disampaikan dalam bentuk video yang dikirim ke MER-C Indonesia pada 19 Mei 2025.
Dalam video itu, Marwan mengimbau masyarakat Indonesia untuk terus mendoakan keselamatan para relawan yang masih bertahan bersamanya di RS Indonesia.
Sementara itu, dari dalam negeri, hasil survei nasional terbaru mencerminkan kemarahan publik terhadap kekejaman Israel.
Mayoritas warga Indonesia menolak keras wacana pembukaan hubungan diplomatik dengan Tel Aviv, kendati Presiden RI Prabowo Subianto sempat menyatakan keterbukaan tersebut bisa saja dilakukan jika Israel mengakui kemerdekaan Palestina.
Berdasarkan hasil survei Lembaga Median yang digelar pada 12–18 Juni 2025 terhadap 907 responden dari 38 provinsi, sebanyak 74,9 persen warga menolak normalisasi diplomatik dengan Israel.
Hanya 20,7 persen yang menyetujui dengan prasyarat pengakuan Palestina, dan 0,9 persen mendukung tanpa syarat. Sisanya, 3,5 persen menyatakan ragu-ragu.
“Mayoritas publik tetap konsisten menolak normalisasi hubungan dengan Israel hingga Palestina merdeka,” ujar Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, dalam paparan hasil survei pada Senin (30/6/2025).
Temuan ini mempertegas posisi rakyat Indonesia yang tetap memihak Palestina di tengah tekanan geopolitik global yang terus meningkat.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]