WahanaNews.co | Badan Antariksa Eropa (ESA) tengah menjajaki diskusi teknis dengan SpaceX milik Elon Musk. ESA ingin meneliti kemungkinan meminjam peluncur milik SpaceX setelah Rusia memblok akses mereka ke roket Soyuz.
Melansir Reuters, SpaceX muncul sebagai kandidat kompetitor Arianespace untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan Rusia. Selain keduanya, ada pula Jepang dan India yang berminat bekerjasama.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Namun keputusan terakhir itu bergantung kepada runutan waktu untuk roket Ariane 6 milik ESA yang masih buntu.
"Saya katakan ada dua setengah opsi yang sedang kami disikusikan. Satu adalah SpaceX yang sudah jelas. Satu lagi mungkin Jepang," ujar Direktur Jenderal ESA, Josef Aschbacher.
"Jepang sedang menunggu untuk penerbangan perdana roket generasi baru mereka. Satu lagi mungkin saja India," katanya menambahkan.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Aschbacher menambahkan, SpaceX menjadi opsi yang paling menjanjikan sejauh ini ketimbang dua kandidat lain. Namun ia mengungkapkan ESA masih menjajaki segala kemungkinan yang ada.
Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah memastikan siapa pun penggantinya memiliki kecocokan. Contoh hal yang harus cocok adalah soal satelit dan roketnya, dan soal muatannya yang tidak boleh dikompromi dengan getaran saat peluncuran yang tidak familiar.
"Ini bukan seperti melompat ke dalam bus," katanya.
"Kami sedang melihat ke kompabilitas teknis itu tetapi kami belum meminta untuk penawaran komersial. Kami hanya ingin memastikan ia bisa menjadi opsi untuk membuat keputusan berkaitan dengan penawaran komersial yang solid," ujar Aschbacher menambahkan.
SpaceX sendiri belum memberi komentar terkait isu penjajakan oleh ESA.
Seperti diketahui, invasi Rusia ke Ukraina ikut berdampak ke sejumlah kerjasama mereka dengan negara-negara Eropa lain. Salah satu yang ikut terkena imbasnya adalah di sektor penerbangan luar angkasa.
Rusia memutuskan untuk memblok akses negara-negara Eropa yang tergabung di ESA terhadap roket Soyuz milik Roscosmos. Rocosmos merupakan Badan Antariksa Rusia yang memiliki fasilitas peluncuran roket.
ESA selama ini menggunakan Soyuz untuk misi skala medium. Sementara untuk misi skala kecil ESA mengandalkan roket Vega milik Italia, serta Ariane 5 untuk misi skala berat.
Aschbacher mengatakan, jadwal persis peluncuran Ariane 6 akan lebih jelas pada Oktober. Hanya pada saat itulah ESA akan merampungkan rencana cadangan mereka untu diperesentasikan kepada para menteri dari 22 negara anggota pada November. [rin]