Meski Escobar dikenal mencintai anak-anaknya, ia jarang berada di rumah dan kehidupan keluarga itu segera diselimuti teror ketika kekuasaan kartel semakin brutal, termasuk pembunuhan pejabat seperti Menteri Kehakiman Rodrigo Lara pada 1984 dan aksi kekerasan lainnya yang menggemparkan Kolombia.							
						
							
							
								Henao mengakui ia bungkam demi keselamatan keluarga, hidup seperti tahanan dalam rumah megah, dan menyadari bahwa ketenangan adalah kemewahan yang tak dapat ia miliki sebagai istri raja kokain.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Negara Gempar, Kandidat Presiden Kolombia Ditembak di Kepala Saat Kampanye
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								Menjelang kejatuhan Escobar, keluarga ini berpindah-pindah rumah aman sementara sang buronan terbesar Kolombia terus diburu, dan Henao mengatakan “Meninggalkannya di saat segalanya runtuh adalah hal terberat yang pernah kulakukan,” dikutip dari All That’s Interesting pada Hari Senin (02/12/2025).							
						
							
							
								Semua berakhir pada 2 Desember 1993 ketika Escobar tewas dalam baku tembak dengan Search Bloc, dan setelah itu Henao serta anak-anaknya melarikan diri ke berbagai negara termasuk Jerman dan Mozambik, namun ditolak suaka di kedua tempat tersebut.							
						
							
							
								Mereka akhirnya berlabuh di Buenos Aires, Argentina, dengan identitas baru, namun ketenangan itu sirna ketika pada 1999 Henao dan putranya Juan Pablo ditangkap atas tuduhan pencucian uang dan meski kemudian bebas karena kurang bukti, Henao berkata bahwa ia dipenjara bukan karena perbuatannya tetapi karena namanya.							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										China Tawarkan Jet J-10CE ke Kolombia, Sinyal Pengaruh Baru di Amerika Latin
									
									
										
									
								
							
							
								“Aku menjadi tahanan di Argentina karena aku orang Kolombia,” katanya sambil menambahkan bahwa mereka ingin mengadili bayangan Pablo Escobar demi menunjukkan sikap keras terhadap perdagangan narkoba.							
						
							
							
								Dalam bukunya, Henao mengaku tidak mampu pergi bukan hanya karena cinta tetapi juga karena ketakutan dan ketidakpastian, dan menyadari bahwa di balik penjara emosional itu, Escobar juga lah yang memberikan perlindungan dari musuh yang siap memburu keluarganya kapan saja.							
						
							
							
								Sekian tahun kemudian, setelah memilih hidup tertutup hampir dua dekade, Henao meminta maaf kepada rakyat Kolombia atas teror yang dilakukan suaminya, dengan mengatakan dalam wawancara kepada W Radio Kolombia pada 2018 bahwa ia “bukan bagian dari kartel itu” dan hidupnya “jauh dari bahagia.”