WahanaNews.co | Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian,
menuding Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, menebarkan aneka hasutan dan serangan terhadap
negaranya dalam kunjungan sang menteri ke Indonesia.
Dalam keterangan tertulis yang diunggah di laman Id.chineseembassy.org, Qian membeberkan
sedikitnya tujuh hal atas penilaian buruk China atas kunjungan Pompeo ke
Indonesia. Pompeo, Qian menuduh, telah memprovokasi hubungan Tiongkok-Indonesia
dan mengganggu perdamaian dan stabilitas kawasan.
Baca Juga:
Tebar Berkah, Proyek Baterai Raksasa Prabowo Ciptakan 35 Ribu Lapangan Kerja
Tindakan dan pernyataan keliru Pompeo belakangan ini, katanya,
makin menyingkapkan intensi buruk AS sekaligus menggarisbawahi adanya masalah
serius di dalam internal AS.
Qian menegaskan, pilihan rakyat China yang memungkinkan Partai
Komunis Tiongkok menjadi pemandu rakyatnya dalam pembangunan. China berkomitmen
untuk membangun kerja sama bersahabat dengan negara-negara lain atas dasar Lima
Prinsip Hidup Berdampingan Secara Damai.
"Tiongkok juga berkomitmen untuk tidak mengekspor ideologinya
ataupun mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Namun AS justru meluncurkan
apa yang disebut "Perang Dingin Baru", memprovokasi pertentangan ideologi, dan
membangkitkan "revolusi berwarna" di berbagai belahan dunia. AS juga secara brutal
mengintervensi urusan dalam negeri negara lain, bahkan tidak segan menggunakan
perang dan mendatangkan malapetaka bagi dunia," tulisnya.
Baca Juga:
Pembersihan Militer China Makin Brutal: Miao Hua Lengser, He Weidong Menghilang
Tiongkok berpegang pada prinsip "rakyat dan keselamatan
jiwa adalah prioritas utama" dalam melakukan upaya pengendalian dan
pencegahan pandemi COVID-19 yang ilmiah dan efektif, dengan cara yang terbuka,
transparan, dan bertanggung jawab. Tiongkok juga gencar menggalang kerja sama
internasional untuk menangani pandemi, serta aktif membangun komunitas
kesehatan umat manusia.
Sementara itu, katanya, para politisi AS menjalankan kebijakan
"kepentingan politik sendiri adalah prioritas utama", telah
meremehkan pandemi dan mengabaikan sains, sehingga mengakibatkan penyebaran
wabah yang lepas kendali dan mendatangkan penderitaan bagi rakyat tidak
berdosa. AS sedang menyebarkan "virus politik", menimpakan kesalahan
kepada pihak lain, menyerang WHO tanpa alasan yang rasional, dan bahkan keluar
dari keanggotaan WHO.
Qian menjelaskan juga tentang Inisiatif "Belt and
Road" yang diprakarsai Tiongkok untuk mewujudkan keuntungan bagi semua
pihak, dengan berlandaskan pada prinsip "konsultasi bersama, pembangunan
bersama, dan berbagi manfaat bersama", keterbukaan, inklusivitas, dan
transparansi.
Inisiatif itu, katanya, telah mendapat tanggapan dan dukungan
dari seratus lebih negara dan organisasi internasional. Banyak proyek dalam
insiatif ini, misalnya Proyek KA Cepat Jakarta-Bandung, telah membawa manfaat
nyata bagi negara-negara yang terlibat, termasuk Indonesia.
Sebaliknya, pemerintah AS menjalankan prinsip "America
First", melakukan proteksionisme perdagangan dan perundungan perdagangan,
serta membelokkan rantai industri global. AS juga menggunakan kebijakan
perdagangan unilateral untuk menekan negara-negara tertentu.
"Aksi AS ini telah mengganggu sistem perdagangan multilateral
dan tatanan ekonomi internasional, telah menghambat perkembangan normal
negara-negara di dunia, serta telah menghalangi upaya menggalang kerja sama dan
keterbukaan global," katanya.
Tiongkok telah mengajukan Inisiatif Keamanan Data Global demi
keamanan jaringan internet dunia. Huawei, ZTE, dan berbagai perusahaan Tiongkok
lainnya sudah melakukan kontribusi nyata bagi perkembangan infrastruktur
telekomunikasi global. Sebaliknya AS, demi melindungi hegemoni teknologi dan
kepentingan monopolinya, telah menggeneralisasi konsep keamanan nasional dan
menyalahgunakan kekuasaan negara untuk menekan perusahaan Tiongkok secara
sewenang-wenang.
Dinas intelijen AS, Qian menuding, sejak lama telah melakukan
penyadapan yang membabi-buta dan ilegal terhadap pemerintah, bisnis, maupun
individu dari negara-negara lain, termasuk dari negara-negara sekutu mereka.
"Tindakan ini telah mendatangkan ancaman besar bagi keamanan nasional di
berbagai negara. Aksi AS yang ibaratnya "maling teriak maling" ini adalah
sesuatu yang konyol." [qnt]