Bagi Dubes Vorobieva, Rusia menempatkan pasukan yang berada di teritori sendiri, mereka berada di wilayah Negeri Beruang Merah.
“Kami ditipu oleh NATO, oleh rekan-rekan dari Barat. Jika Anda ingat ketika Uni Soviet runtuh ada gentleman agreement (perjanjian tidak tertulis) antara Rusia dan NATO. Perjanjian itu menyebutkan tidak akan memperluas diri hingga ke wilayah Timur, karena kekhawatiran keamanan dari Rusia,” ucapnya.
Baca Juga:
Bom Truk Koyak Jembatan Krimea, Tiga Orang Tewas
“Mereka (NATO) tidak memenuhi kesepakatan itu. Inilah yang menjadi perhatian Rusia. (Perluasan) ini menjadi ancaman bagi keamanan Rusia. Ini juga yang menjadi alasan meminta NATO dan Amerika serikat untuk memastikan jaminan untuk Rusia. Kami bahkan menyusun kesepakatan mengenai jaminan (keamanan) itu,” imbuhnya.
“Bukan kami, bukan Rusia yang memobilisasi rudal, senjata, pasukan ke perbatasan Kanada atau Meksiko. Ini NATO yang membawa senjata, rudal dan pasukan ke perbatasan Rusia. Bagaimana kami tidak merasa terancam dengan situasi ini,” tegasnya.
Lebih lanjut duta besar yang bertugas di Jakarta sejak 2018 itu menambahkan bawa motivasi negaranya tidak lebih untuk mendapatkan jaminan dari NATO dan Amerika Serikat bahwa keamanan mereka dapat dipastikan.
Baca Juga:
Soal Dialog Damai, Zelensky Minta Rusia Ganti Presiden Dulu
Pada dasarnya itu termasuk dalam seluruh kesepakatan internasional oleh Rusia dan negara-negara Eropa dalam framework Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE), Deklarasi Istanbul, Deklarasi Astana.
Duta besar kelahiran Kiev pada 1964 itu menegaskan bahwa keamanan dari satu negara tidak boleh dipastikan akan merugikan keamanan negara lain.
Itu yang disebutnya sebagai konsep keamanan indivisible yang berarti setiap negara, baik itu besar atau kecil memiliki hak keamanan mereka dilindungi dan dihormati.