WahanaNews.co | Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi akan sangat berpengaruh pada perekonomian suatu negara.
Inflasi Turki secara tahunan berada di level tertinggi dalam 20 tahun. Inflasi meroket nyaris 50% atau tepatnya 48,7% pada Januari 2022.
Baca Juga:
Belanda Bangkit, Menang 2-1 atas Turki di Euro 2024 Berlin
Berdasarkan Institut Statistik Turki, harga barang konsumen melonjak 11,1% dibanding bulan sebelumnya. Capaian itu lebih tinggi dari prediksi analis yang diperkirakan antara 9-10%.
Di sisi lain, nilai tukar Lira merosot 44% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tahun lalu. Hal ini dipicu oleh penolakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menaikkan suku bunga karena inflasi secara konsisten naik.
"Hasil eksperimen kebijakan moneter Erdogan yang gagal," kata Ahli Strategi Pasar Negara Berkembang di BlueBay Asset Management, Timothy Ash dikutip dari CNBC, kemarin.
Baca Juga:
Timnas Turki Menang Melawan Georgia di Euro 2024 Skor 3-1
Turbulensi mata uang telah memukul masyarakat karena nilai gaji mereka turun. Di sisi lain biaya barang dan energi meningkat secara dramatis.
Erdogan berargumen bahwa menaikkan suku bunga sebenarnya memperburuk inflasi daripada menjinakannya. Bank sentral Turki telah memangkas suku bunga sebesar 500 basis poin sejak September menjadi 14%.
"Sulit untuk melihat bagaimana CBRT (bank sentral Turki) dapat memangkas inflasi ketika tidak dapat menaikkan suku bunga dan Erdogan akan fokus mencoba meningkatkan pertumbuhan kredit lagi untuk meningkatkan popularitasnya menjelang pemilihan," tambahnya. [bay]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.