WahanaNews.co | Upaya Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mencari solusi damai bagi konflik antara Rusia versus Ukraina sejauh ini tak membuahkan hasil.
Buktinya, invasi Rusia sudah masuk hari ke-10 dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat.
Baca Juga:
Turki Bekuk 34 Mata-mata Israel yang Incar Warga Palestina
Meski begitu, Erdogan tetap berusaha tampil sebagai juru damai yang memiliki hubungan baik dengan kedua pemimpin negara bertikai.
Sabtu (5/3/2022), juru bicara kepresidenan, Ibrahim Kalin, mengungkapkan bahwa Erdogan akan meminta Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk menghentikan invasi.
Pemimpin Partai AKP itu juga berencana menawarkan jadi tuan rumah pembicaraan damai kedua negara, gagasan yang sudah diabaikan kedua belah pihak sebelumnya.
Baca Juga:
Erdogan Rencanakan Pembicaraan dengan Putin untuk Pulihkan Perjanjian Laut Hitam
"Kami fokus pada langkah-langkah apa yang dapat kami ambil di sini untuk membawa kedua pihak ke meja perundingan dan untuk meyakinkan pihak Rusia (untuk berhenti)," kata Kalin.
Meski upaya Erdogan sendiri belum terlihat hasilnya, Kalin tanpa malu menyindir Barat terkait peran mereka dalam konflik ini.
Dia mengatakan bahwa Barat telah membakar jembatan diplomasi, padahal Moskow membutuhkan mitra yang dapat diandalkan untuk diajak bernegosiasi.
"Jaringan kepercayaan ini (dengan Rusia) harus benar-benar tetap terbuka untuk pembicaraan ini, diplomasi untuk berhasil," katanya.
"Jika tidak, tidak mungkin seluruh wilayah, termasuk Rusia dan Ukraina, lolos dari kehancuran ini," lanjutnya.
Kalin juga mengulangi kritik Ankara terhadap sanksi yang dijatuhkan banyak negara terhadap Rusia.
Menurutnya, sanksi tersebut hanyak memperburuk situasi.
"Kami tidak memiliki rencana untuk sanksi sekarang. Kami tidak ingin didorong ke posisi di mana kami menjadi pihak dalam perang. Kami harus dapat berbicara dengan kedua belah pihak," katanya.
Turki telah menjalin kerja sama yang erat dengan Rusia dalam pertahanan, energi dan perdagangan, dan sangat bergantung pada turis Rusia.
Namun, mereka juga telah menjual drone ke Kyiv, membuat marah Moskow, dan menentang kebijakan Rusia di Suriah, Libya, dan aneksasi Krimea pada tahun 2014.
Ankara mengatakan ingin mempertemukan para menteri luar negeri dari Ukraina dan Rusia untuk pembicaraan di forum diplomasi minggu depan di Turki selatan.
Baik Ukraina dan Rusia telah menyuarakan keterbukaan untuk pembicaraan semacam itu.
Erdogan, yang sering membanggakan hubungannya dengan Putin, terakhir berbicara dengan pemimpin Rusia itu pada 23 Februari, sehari sebelum Moskow meluncurkan invasi terhadap Ukraina.
Kalin mengulangi bahwa Turki tidak dapat meninggalkan hubungan dengan Kyiv atau Moskow.
Dia mengatakan Ankara telah melakukan kontak dengan tim perunding Ukraina dan Rusia, dan bahwa Erdogan akan berbicara dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, pejabat Uni Eropa dan lainnya pada hari Sabtu.
"Sementara serangan intens ini berlanjut di kota-kota Ukraina, akan naif untuk mengharapkan hasil yang mengikat dan konkret yang akan berdampak positif pada situasi di lapangan," kata Kalin. [gun]