WahanaNews.co | Turki telah mengajukan permintaan ke Amerika Serikat (AS) untuk membeli 40 unit jet tempur F-16 buatan Lockheed Martin. Permintaan ini diajukan setelah Ankara gagal mendapatkan jet tempur siluman F-35 dari Washington.
Puluhan jet tempur F-16 baru dimaksudkan untuk modernisasi pesawat tempur Turki yang ada.
Baca Juga:
Belanda Bangkit, Menang 2-1 atas Turki di Euro 2024 Berlin
Kesepakatan, yang bernilai miliaran dollar AS, masih berjalan melalui proses Penjualan Militer Asing yang harus disetujui oleh Departemen Luar Negeri AS serta Kongres AS yang dapat memblokirnya.
Beberapa sumber pemerintah AS, seperti dikutip Reuters, Jumat (8/10/2021), telah berbicara dengan syarat anonim untuk membahas kesepakatan itu.
"Sebagai masalah kebijakan, Departemen [Luar Negeri] tidak mengonfirmasi atau mengomentari penjualan atau transfer pertahanan yang diusulkan sampai mereka secara resmi diberitahukan kepada Kongres," kata Departemen Luar Negeri AS melalui seorang juru bicaranya.
Baca Juga:
Timnas Turki Menang Melawan Georgia di Euro 2024 Skor 3-1
Ankara telah memesan lebih dari 100 unit jet tempur siluman F-35, yang juga dibuat oleh Lockheed Martin Corp, tetapi pesanan dihapus dari program pada 2019 setelah Ankara mengakuisisi sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.
Kemitraan puluhan tahun antara AS dan Turki di dalam keanggotaan NATO telah mengalami gejolak yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam lima tahun terakhir karena ketidaksepakatan tentang kebijakan Suriah, hubungan yang lebih dekat antara Ankara dengan Moskow, ambisi Angkatan Laut Turki di Mediterania timur, tuduhan AS terhadap bank milik negara Turki, dan erosi hak dan kebebasan di Turki.
Pengajuan pembelian puluhan jet tempur F-16 tersebut kemungkinan akan mengalami kesulitan mendapatkan persetujuan dari Kongres AS, di mana sentimen terhadap Turki telah memburuk selama beberapa tahun terakhir, terutama karena pembelian S-400 oleh Ankara dan rekam jejak hak asasi manusianya yang bermasalah.
Pembelian S-400 oleh Ankara juga memicu sanksi AS. Pada Desember 2020, Washington memasukkan Direktorat Industri Pertahanan Turki, direkturnya; Ismail Demir, dan tiga karyawan lainnya dalam daftar sanksi.
Sejak itu AS telah berulang kali memperingatkan Turki agar tidak membeli persenjataan Rusia lebih lanjut. Namun pekan lalu, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengindikasikan bahwa Ankara masih berniat membeli batch kedua S-400 dari Rusia, sebuah langkah yang dapat memperdalam keretakan hubungan dengan Washington. [rin]