WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di masa pemilu AS, kampanye Kamala Harris mengadopsi strategi kontroversial dengan menayangkan cuplikan provokatif pernyataan Donald Trump di layar besar dalam setiap acaranya, memperlihatkan retorika Trump yang dianggap rasis dan kadang kasar.
Strategi ini didorong oleh Harris untuk mengingatkan para pemilih tentang pentingnya pemilu ini, namun tampaknya langkah tersebut tidak berhasil mendongkrak dukungan.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Pada Rabu (6/11/2024), Harris mengalami kekalahan telak yang mengguncang posisi Partai Demokrat secara keseluruhan.
Setelah menggantikan Biden sebagai calon utama saat popularitasnya merosot, Harris berupaya keras meraih simpati publik.
Ia berhasil menghimpun dukungan perempuan, bekerja sama dengan pembuat konten di media sosial, dan mengumpulkan dana besar.
Baca Juga:
Pilpres AS 2024: Dukungan Muslim Bawa Trump Menang atas Kamala
Namun, momentum tersebut gagal menggerakkan suara pemilih secara signifikan.
Kendati demikian, Harris dinilai gagal keluar dari bayang-bayang Biden, sehingga sulit membangun citra sebagai pembaharu.
Banyak pemilih merasa kecewa karena Harris tidak cukup memisahkan diri dari kebijakan ekonomi Biden, yang dianggap sebagai titik lemah utama.