WahanaNews.co | Belum
lama ini para ilmuwan pemantau Chernobyl menemukan letusan reaksi fisi di ruang
yang tidak dapat diakses di reruntuhan reaktor nuklir. Temuan ini memicu kekhawatiran
ledakan lebih lanjut.
Baca Juga:
Listrik Menyala, Ancaman Bencana Nuklir PLTN Chernobyl Berhasil Dihindari
Menurut laporan Science, para peneliti telah mendeteksi
lonjakan emisi neutron di ruang bawah tanah reaktor nuklir tersebut yang
bernama Subreactor Room 305/2. Ruangan itu penuh dengan puing-puing berat,
menyimpan radioaktif uranium, zirkonium, grafit, dan pasir yang mengalir ke ruang
bawah tanah reaktor seperti lahar, sebelum mengeras menjadi formasi yang
disebut material yang mengandung bahan bakar (fuel-containing materials/FCM).
Anatolii Doroshenko, peneliti dari Institute for Safety
Problems of Nuclear Power Plants (ISPNPP) di Kiev, melaporkan emisi neutron
dari ruangan tersebut telah meningkat 40 persen sejak 2016.
Dia dan rekan-rekannya sekarang sedang mempelajari massa
bahan bakar uranium yang membara dalam Subreactor Room 305/2 untuk menilai
apakah mereka mungkin akan stabil sendiri atau apakah intervensi berbahaya
diperlukan untuk meredakan situasi.
Baca Juga:
Ancaman Bencana Nuklir di PLTN Chernobyl Berhasil Dihindari
Jika intervensi diperlukan, ruangan itu perlu dibor dan
disemprot dengan gadolinium nitrat untuk menyerap neutron dan menghentikan
reaksi.
"Kita hanya memiliki asumsi. Ada banyak ketidakpastian,"
kata Maxim Saveliev, peneliti dari ISPNPP. "Tapi kami tidak bisa
mengesampingkan kemungkinan kecelakaan."
Saveliev telah menganjurkan pengiriman robot yang mampu
menahan radiasi untuk memasang sensor neutron dan suhu di dalam ruangan.
Tujuannya adalah untuk mengambil sampel yang memberi gambaran lebih jelas bagi
para ilmuwan tentang apa yang sedang terjadi di ruangan itu.
Robot yang dapat menahan radiasi juga ditujukan untuk
mengebor lubang di FCM dan memasukkan silinder boron, yang akan berfungsi
seperti batang kendali dan menyedot neutron.
FCM di ruangan 305/2 sendiri diperkirakan memiliki sekitar
170 ton uranium iradiasi, 95 persen dari bahan bakar asli ketika bencana nuklir
Chernobyl terjadi pada 1986.
Untuk saat ini, limbah radioaktif ini membara "seperti
bara api di lubang barbekyu," kata Neil Hyatt, seorang ahli kimia bahan
nuklir di Universitas Sheffield, kepada majalah Science. Namun, mungkin saja
bara api tersebut dapat menyala sepenuhnya jika dibiarkan terlalu lama,
mengakibatkan ledakan lain.
"Perkiraan kami tentang bahan fisil di ruangan itu
menunjukkan bahwa kami cukup yakin bahwa Anda tidak akan mendapatkan pelepasan
energi nuklir secepat itu sehingga Anda mengalami ledakan. Tapi kami tidak tahu
pasti," kata Hyatt.
"Kami telah melihat perjalanan seperti ini sebelumnya dengan
puing-puing bahan bakar lainnya. Laju dasar neutron meningkat, stabil dan
menurun lagi. Jelas itulah yang kami harap bisa terjadi," sambungnya.
Menurut Saveliev, potensi ledakan baru di Chernobyl tidak
akan pada tahun 1986, yang mengakibatkan ribuan kematian dan memuntahkan awan
radioaktif ke seluruh Eropa.
Jika bahan nuklir menyala lagi, ledakan sebagian besar akan
terkandung di dalam kandang baja dan beton yang dikenal sebagai Shelter, yang
dibangun pejabat setempat di sekitar reaktor Unit Empat yang hancur satu tahun
setelah kecelakaan.
Para pejabat Chernobyl juga sudah memasang struktur baja
baru yang lebih besar sejak 2016. Struktur baja tersebut, yang bernama New Safe
Confinement selesai dibangun pada 2018 setelah menghabiskan dana 1,5 miliar
dolar AS. Ia ditujukan untuk menstabilkan reaktor Unit Empat di Chernobyl dan
mengganti Shelter yang lama yang hendak dibongkar.
Hingga saat ini, tidak jelas alasan limbah nuklir di
Chernobyl kembali nyala. Namun, para peneliti menduga bahwa New Safe
Confinement jadi penyebabnya.
Menurut laporan Science, Shelter lama memungkinkan air hujan
masuk. Karena berat air hujan membuat jumlah neutron melonjak, para pejabat
khawatir hal tersebut dapat meningkatkan peluang neutron untuk membelah inti
uranium.
Untuk mencegah situasi kritis, New Safe Confinement pun
dibangun untuk mencegah paparan hujan. Dan sejak penempatannya, jumlah neutron
di sebagian besar wilayah di Shelter telah stabil atau menurun.
Meski demikian, sejak New Safe Confinement dibangun, jumlah
neutron di tempat lain, seperti Subreactor Room 305/2 mulai berkembang pesat.
Pemodelan ISPNPP menunjukkan pengeringan bahan bakar entah bagaimana membuat
neutron memantul lebih efektif dalam membelah inti uranium.
Reaksi fisi baru yang muncul di Chernobyl bukan satu-satunya
tantangan yang dihadapi para peneliti yang menjaga reaktor nuklir tersebut.
Jika ledakan baru terjadi dan Shelter terkepung oleh radiasi intens, rencana
pembongkarannya bakal terganggu.
Ukraina saat ini berencana menyajikan rencana terperinci
untuk menghapus FCM di Chernobyl yang masih membara pada September mendatang. [qnt]