Para korban menggambarkan dampak yang mereka alami ketika bangunan-bangunan runtuh di sekitarnya. Tim penyelamat bekerja sepanjang malam untuk mencari korban selamat yang terjebak di bawah reruntuhan.
Di negara yang fasilitas medisnya sangat tidak memadai, rumah sakit kesulitan untuk merawat korban luka. PBB dan organisasi lain bergegas memberikan bantuan darurat.
Baca Juga:
Gempa Sesar Anjak Langsa Magnitudo 4.4, Guncangan Kuat di Wilayah Perbatasan Aceh-Medan
Korban yang terkena dampak paling parah adalah daerah terpencil dan terdiri dari bangunan lumpur.
“Pada guncangan pertama, semua rumah runtuh,” kata warga Herat, Bashir Ahmad, yang keluarganya tinggal di salah satu desa tersebut, kepada kantor berita AFP.
Menteri Kesehatan Masyarakat Taliban telah melakukan kunjungan ke Herat untuk mengevaluasi dampak gempa tersebut. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa setidaknya 465 rumah telah hancur total.
Baca Juga:
Pemkot Jakarta Barat Sosialisasi Mitigasi Gempa, Antisipasi Megathrust
Dokumentasi dari Rumah Sakit Pusat Herat menunjukkan para korban yang sedang mendapat infus di luar bangunan utama rumah sakit. Gambar lain menunjukkan kerusakan yang signifikan di distrik Injil Herat, di mana reruntuhan memblokir jalan dan menghambat upaya penyelamatan.
Seorang mahasiswa bernama Idrees Arsala, yang berhasil selamat setelah gempa terjadi, menggambarkan situasinya sebagai sangat mengerikan dan mengatakan bahwa ini adalah pengalaman yang belum pernah dia alami sebelumnya.
Herat terletak sekitar 120 km timur perbatasan dengan Iran dan merupakan pusat budaya Afganistan. Diperkirakan sekitar 1,9 juta orang tinggal di provinsi ini.