Di selatan Jerman, hilangnya gletser juga mengancam turisme. Di perbatasan Jerman-Austria, kini hanya terdapat gletser seluas setengah kilometer persegi.
Para ahli memperkirakan, sejak 1850, gletser di perbatasan Jerman-Austria telah hilang 88 persen. Gletser yang tersisa pun diperkirakan akan mencair sepenuhnya dalam 10-15 tahun ke depan.
Baca Juga:
BMKG Kalsel Intensifkan Edukasi Masyarakat Terkait Peningkatan Suhu Signifikan Lima Dekade Terakhir
“Saat ini, agen wisata bisa mengiklankan, ‘Kamu bisa mengunjungi gunung tertinggi di Jerman dengan gletser. Kamu bisa berjalan di atas gletser,’” kata ilmuwan geodesi asal Bayern, Jerman, Christoph Mayer.
“Orang yang tinggal di wilayah ini mengandalkan penghidupan dari turisme. Akan ada dampak ke mereka jika gletser benar-benar hilang,” imbuhnya.
Sementara itu, di Tanzania, gletser Gunung Kilimanjaro menduduki fungsi penting dalam kepercayaan masyarakat lokal.
Baca Juga:
Buka Indonesia International Sustainability Forum 2024, Presiden Jokowi Sampaikan Strategi Penanganan Perubahan Iklim
“Es di gunung (Kilimanjaro) adalah singgasana Tuhan. Itu memiliki makna yang sangat spiritual,” kata Rainer Prinz, glasiologis asal Universitas Innsbruck, Austria.
Selain penting bagi masyarakat adat, gletser Kilimanjaro juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata Tanzania.
Gunung Kilimanjaro sendiri diperkirakan telah kehilangan 90 persen gletser.