Di sejumlah wilayah, gletser juga menjadi sumber air berharga bagi penduduk. Salah satunya di Peru.
Peru kehilangan hampir 30 persen gletser sepanjang 2006-2016. Hilangnya gletser pun berarti hilangnya sumber air masyarakat.
Baca Juga:
BMKG Kalsel Intensifkan Edukasi Masyarakat Terkait Peningkatan Suhu Signifikan Lima Dekade Terakhir
“Masyarakat-masyarakat itu bergantung pada gletser untuk memperoleh air bagi masyarakatnya,” kata Lauren Vargo, periset Antarctic Research Centre di Selandia Baru.
Mencairnya gletser juga menjadi kehilangan besar bagi kalangan ilmuwan. Pasalnya, lapisan-lapisan gletser menyimpan banyak informasi berharga.
Lapisan es pada gletser bisa berumur puluhan ribu tahun. Lapisan-lapisan itu memuat informasi tahunan mengenai kondisi iklim masa lalu, termasuk komposisi atmosfer, variasi temperatur, dan tipe vegetasi yang ada.
Baca Juga:
Buka Indonesia International Sustainability Forum 2024, Presiden Jokowi Sampaikan Strategi Penanganan Perubahan Iklim
Apabila gletser hilang, maka rekaman informasi mengenai iklim Bumi dulu dan banyak informasi berharga lain terancam ikut hilang.
Kasus seperti ini pernah terjadi ketika ilmuwan meneliti gletser Carstenz di Papua pada 2010 lalu. Para ilmuwan disebut hanya bisa memperoleh data hingga 1960-an.
“Ini menyedihkan karena ini bukan hanya hilangnya warisan lokal atau nasional untuk Indonesia, tetapi juga hilangnya warisan iklim bagi dunia,” kata ahli kelautan Raden Dwi Susanto. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.