WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dunia internasional dikejutkan oleh kabar memilukan yang menimpa aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg.
Perempuan muda yang dikenal lantang membela kemanusiaan itu dilaporkan mengalami pelecehan, penghinaan, dan perlakuan kasar saat berada di penjara Israel setelah ditangkap pasukan Zionis ketika ikut dalam armada bantuan untuk warga Gaza.
Baca Juga:
Israel Gempur Armada Kemanusiaan, Kolombia Usir Seluruh Diplomat Tel Aviv
Thunberg ditangkap pada Kamis dan Jumat (2–3/10/2025) saat berada di atas salah satu kapal Global Sumud Flotilla, rombongan kapal yang berupaya menerobos blokade laut Israel atas Jalur Gaza untuk mengantarkan bantuan kemanusiaan.
Sebagian besar dari para aktivis yang ditangkap dibawa ke Penjara Ketziot di Gurun Negev, tempat penahanan yang dikenal memiliki kondisi ekstrem. Lebih dari 130 aktivis telah dideportasi ke Turki setelah interogasi singkat.
Jurnalis Italia Lorenzo D’Agostino yang ikut dalam rombongan itu mengatakan kepada kantor berita Anadolu pada Minggu (5/10/2025) bahwa pasukan Israel memperlakukan para aktivis secara kejam.
Baca Juga:
Euro-Med: 300 Rumah di Gaza Hancur Setiap Hari akibat Robot Peledak Israel
"Pasukan Israel meninggalkan kami tanpa air bersih selama dua hari," ujarnya. "Sementara Thunberg dibungkus bendera Israel dan dipamerkan seperti piala."
Jurnalis asal Turki, Ersin Celik, yang turut menyaksikan peristiwa itu memberikan kesaksian lebih mengerikan.
"Mereka menyeret Greta kecil dengan menjambak rambutnya di depan mata kami, memukulinya, dan memaksanya mencium bendera Israel. Mereka melakukan segala hal yang dapat dibayangkan kepadanya, sebagai peringatan bagi orang lain," katanya kepada Anadolu.
Keterangan itu juga diperkuat oleh dua aktivis kemanusiaan lainnya, Hazwani Helmi dan Windfield Beaver, yang mengatakan bahwa Thunberg dijadikan alat propaganda ketika Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, berkunjung ke penjara tersebut.
Dalam laporan yang dikutip oleh The Guardian, Kedutaan Besar Swedia di Tel Aviv mengonfirmasi bahwa Thunberg telah menyampaikan keluhan resmi mengenai perlakuan kasar yang diterimanya, termasuk tidak diberi cukup makanan dan air selama masa tahanan.
Sementara itu, kelompok hak asasi manusia Israel, Adalah, menyebut para aktivis dipaksa berlutut dengan tangan terikat kabel selama sedikitnya lima jam tanpa diberikan akses medis maupun hukum.
Meski demikian, Kementerian Luar Negeri Israel membantah keras tuduhan tersebut dan menyebut laporan itu sebagai “kebohongan total.”
"Thunberg dan aktivis lainnya aman dan dalam keadaan sehat," klaim Kemenlu Israel. "Tujuan sebenarnya mereka adalah provokasi untuk kepentingan Hamas, bukan bantuan kemanusiaan," lanjut pernyataan itu.
Insiden ini memicu gelombang kecaman di dunia internasional. Banyak organisasi HAM menyerukan investigasi independen atas dugaan penyiksaan dan pelecehan terhadap Greta Thunberg dan para aktivis kemanusiaan lainnya yang ditahan di Israel.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]