"Kami belum pernah melihat tentara meninggalkan markasnya demi melindungi rakyat," kata Abbakar, sebelum meninggal dunia.
Wilayah Darfur di Sudan sudah diamuk konflik sejak awal 2000-an yang memaksa jutaan orang mengungsi dan 300.000 lainnya tewas dalam serangan-serangan yang dilakukan milisi Arab yang dikenal dengan Janjaweed.
Baca Juga:
Gedung Putih Ajukan Proposal Nuklir, Iran Desak Jaminan Penghapusan Sanksi
Kelompok-kelompok seperti itu berevolusi menjadi RSF yang pada 2017 berubah menjadi pasukan yang diakui pemerintah.
RSF menyebut pertempuran di El Geneina sebagai konflik antarsuku dan menuding rezim sebelumnya sebagai pihak yang memanas-manasi konflik.
Perang yang melanda Sudan selama hampir dua bulan terakhir ini masih terus terjadi setelah pertempuran meletus di sejumlah kota Rabu kemarin.
Baca Juga:
Pawai 'Hari Yerusalem' Ribuan Warga Israel Serbu Mesjid Al Alqsa dan Fasilitas PBB
Asosiasi Pengacara Darfur yang memantau pertempuran antara kedua belah pihak itu pada Rabu mengatakan rumah-rumah di Nyala, ibu kota Sudan Selatan, dihantam artileri setelah pasukan RSF mengeluh tidak digaji.
Zilingei, ibu kota Darfur Tengah, terkepung, kata asosiasi tersebut.
Di El Obeid yang menjadi penghubung Khartom dengan Darfur di Kordofan Utara, warga mengatakan militer melancarkan serangan udara dan artileri ke posisi-posisi RSF.