"Anda bisa membawa jenazah ke sini sendiri, memang sedang sibuk belakangan," ujar salah satu staf.
Sejak aturan ketat dicabut, China meminta warganya untuk tetap di rumah jika mengidap gejala ringan. Kota-kota di seluruh China bersiap menghadapi gelombang infeksi pertama mereka.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Epidemiolog Wu Zunyou berpendapat jika kebijakan pembatasan dicabut lebih awal, ia memperkirakan 250 ribu orang akan meninggal. Hanya saja, proporsi pasien yang sakit parah turun sebesar 0,18 persen dari kasus yang dilaporkan. Dari sini, lanjutnya, bisa terlihat tingkat kematian perlahan turun.
China belum memberikan laporan secara resmi angka kematian akibat Covid-19 sejak 7 Desember 2022. Namun Komisi Kesehatan Nasional melaporkan tidak ada perubahan angka resmi kematian yakni 5.235 kasus sejak pandemi muncul di 2019.
Data kasus Covid-19 yang minim memicu perdebatan di media sosial. Orang-orang tidak bisa menemukan angka pasti perihal kematian, pasien rawat inap dan pasien yang sakit parah.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
"Mengapa statistik ini tidak dapat ditemukan? Apa yang terjadi? Apakah mereka tidak menghitungnya atau mereka tidak mengumumkannya?" seorang pengguna media sosial China bertanya-tanya. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.